Dalam industri ritel yang dinamis, kemampuan mengukur efektivitas penjualan terhadap persediaan adalah kunci utama kesuksesan. Salah satu metrik paling krusial untuk ini adalah sell through rate (STR) atau rasio penjualan. Metrik ini memberikan gambaran jelas tentang seberapa cepat produk Anda terjual setelah diterima dari pemasok.
Menguasai STR berarti Anda memiliki alat yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan bisnis retail, seperti kesulitan melacak data secara akurat, biaya penyimpanan yang membengkak akibat stok yang menumpuk, atau justru kehilangan potensi penjualan karena kehabisan barang populer.
Artikel ini akan mengupas tuntas apa arti sell through rate, mengapa ini sangat penting, cara menghitungnya, hingga strategi untuk meningkatkannya dengan bantuan teknologi modern.
- Sell-through rate (STR) adalah metrik persentase yang mengukur seberapa cepat produk terjual dibandingkan dengan jumlah yang diterima dari pemasok dalam periode tertentu.
- Memahami STR sangat penting untuk bisnis karena membantu mengidentifikasi produk populer, mengoptimalkan inventaris, dan meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
- Meningkatkan STR dapat dicapai melalui berbagai strategi efektif, mulai dari optimasi harga dan promosi hingga pengelolaan persediaan yang lebih proaktif.
- Software retail ScaleOcean mampu mengotomatisasi pelacakan STR secara real-time, mendapatkan wawasan prediktif, dan mengoptimalkan inventaris untuk mendorong pertumbuhan bisnis.
1. Apa Itu Sell-Through Rate (STR)?
Sell-through rate (STR) adalah sebuah metrik kinerja utama (Key Performance Indicator/KPI) dalam industri ritel yang mengukur efisiensi penjualan suatu produk. Secara sederhana, STR membandingkan jumlah unit produk yang berhasil dijual oleh peritel dengan jumlah unit yang diterima dari pemasok. Tentu dalam periode waktu tertentu, biasanya satu bulan.
Hasilnya disajikan dalam bentuk persentase, memberikan gambaran yang jelas dan cepat tentang seberapa diminati suatu produk oleh konsumen. Memahami sell through rate adalah langkah fundamental bagi setiap pengambil keputusan di bisnis ritel. Metrik ini tidak hanya menunjukkan produk mana yang laku keras, tetapi juga seberapa baik strategi pembelian dan perencanaan inventaris Anda berjalan.
Dengan kata lain, STR berfungsi sebagai barometer kesehatan inventaris, membantu Anda menilai apakah Anda memesan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau dalam jumlah yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar. Berbeda dengan metrik lain yang mungkin lebih berfokus pada pendapatan atau margin, STR secara spesifik menyoroti kecepatan pergerakan stok.
Angka persentase yang tinggi menunjukkan bahwa produk bergerak cepat dari rak ke tangan konsumen, yang berarti modal Anda tidak terikat terlalu lama dalam bentuk inventaris. Sebaliknya, angka yang rendah menjadi sinyal peringatan bahwa produk tersebut mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, memiliki harga yang salah, atau kurang mendapatkan promosi yang efektif.
2. Mengapa Sell-Through Rate Penting untuk Bisnis Ritel Anda?
Sell-through rate bukan sekadar angka, melainkan wawasan strategis yang memberdayakan para pemimpin bisnis untuk membuat keputusan yang lebih cerdas dan tepat waktu. Memantau metrik ini secara konsisten memungkinkan perusahaan untuk merespons dinamika pasar dengan gesit, mengalokasikan sumber daya secara efisien, dan pada akhirnya, meningkatkan profitabilitas.
Dengan menganalisis STR, Anda dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang siklus hidup produk, preferensi konsumen, dan efektivitas kampanye pemasaran. Informasi ini sangat berharga untuk semua tingkatan manajemen, mulai dari tim pengadaan yang merencanakan pembelian hingga tim pemasaran yang merancang promosi.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa STR penting untuk bisnis:
a. Mengidentifikasi Produk yang Laris (Fast-Moving) dan Kurang Diminati (Slow-Moving)
Salah satu manfaat paling langsung dari memantau sell-through rate adalah kemampuannya untuk secara jelas membedakan antara produk jawara dan produk yang kurang berkinerja. Produk dengan STR tinggi adalah bintang dalam portofolio Anda, ini adalah item yang diinginkan pelanggan dan harus selalu tersedia.
Dengan data ini, Anda dapat memastikan produk-produk ini mendapatkan prioritas dalam pemesanan ulang untuk menghindari kehabisan stok (stockout) yang dapat mengecewakan pelanggan dan mengakibatkan hilangnya potensi penjualan. Sebaliknya, produk dengan STR rendah adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu dievaluasi.
Apakah harganya terlalu tinggi, penempatannya di toko kurang strategis, atau mungkin produk tersebut sudah tidak relevan dengan tren saat ini? Data ini memungkinkan Anda untuk mengambil tindakan korektif, seperti memberikan diskon, membuat promosi gebyar, atau bahkan memutuskan untuk tidak lagi menyetok produk tersebut di masa depan.
Dengan menerapkan prinsip abc analysis, Anda bisa mengkategorikan produk berdasarkan kontribusinya dan memfokuskan sumber daya pada item yang paling menguntungkan.
b. Mengoptimalkan Manajemen Inventaris dan Mengurangi Biaya Penyimpanan
Inventaris yang tidak terjual adalah modal yang mati dan memakan biaya. Setiap produk yang terlalu lama berada di gudang atau rak toko akan menimbulkan biaya penyimpanan (carrying costs), seperti biaya sewa gudang, asuransi, dan risiko kerusakan atau usang. STR yang sehat secara langsung berkontribusi pada pengurangan biaya-biaya ini dengan memastikan bahwa stok bergerak secara efisien, berkat penerapan inventory control yang baik.
Dengan menganalisis data STR, manajer inventaris dapat membuat keputusan pembelian yang lebih akurat. Mereka dapat menghindari penumpukan stok untuk produk yang pergerakannya lambat (slow-moving items), sehingga membebaskan modal kerja yang dapat dialokasikan untuk investasi lain yang lebih produktif.
Optimalisasi ini tidak hanya menghemat uang tetapi juga memastikan ruang gudang dan toko digunakan secara maksimal untuk produk-produk yang memiliki potensi keuntungan tertinggi.
c. Menjadi Dasar untuk Strategi Pemasaran dan Penjualan yang Lebih Efektif
Menurut witech, pada tahun 2016 mengatakan bahwa 63% bisnis gagal di tahun ketiga. Artinya jika ada 10 bisnis, hanya ada 3-4 bisnis saja yang akan bertahan setelah tahun ketiga. Hal ini dikarenakan kurangnya strategi pemasaran, data penjualan yang tidak jelas, tidak beradaptasi dengan pasar, kurangnya teknologi yang mendukung pemasaran, dan lain sebagainya.
Data sell-through rate adalah hal penting bagi tim pemasaran dan penjualan. Informasi mengenai produk mana yang memiliki daya tarik tinggi dapat digunakan untuk merancang kampanye pemasaran yang lebih bertarget dan relevan. Misalnya, produk dengan STR tinggi dapat dijadikan sebagai hero product dalam iklan digital, promosi di media sosial, atau ditempatkan di bagian depan toko.
Di sisi lain, produk dengan STR rendah memberikan kesempatan untuk kreativitas dalam strategi penjualan. Tim pemasaran dapat merancang promosi khusus seperti Beli 1 Gratis 1, penawaran bundel dengan produk yang lebih populer, atau program diskon agresif untuk membersihkan stok lama (clearance sale).
Dengan demikian, STR membantu mengalokasikan anggaran pemasaran secara lebih cerdas, memastikan setiap rupiah yang dihabiskan memberikan hasil yang optimal, baik untuk mendorong penjualan produk populer maupun untuk likuidasi produk yang kurang diminati.
d. Meningkatkan Peramalan Permintaan (Demand Forecasting) dan Pengelolaan Arus Kas
Peramalan permintaan yang akurat adalah fondasi dari bisnis ritel yang sehat. Dengan data historis STR yang solid, perusahaan dapat memprediksi permintaan di masa depan dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi. Ini sangat penting saat merencanakan pembelian untuk musim atau acara khusus, seperti Lebaran atau Natal, di mana permintaan dapat melonjak secara drastis.
Selain itu, STR memiliki dampak langsung pada kesehatan arus kas (cash flow). Semakin tinggi sell-through rate, semakin cepat persediaan diubah menjadi uang tunai, yang kemudian dapat digunakan untuk membayar pemasok, biaya operasional, dan berinvestasi kembali dalam bisnis. Manajemen arus kas yang baik adalah kunci keberlanjutan, dan STR adalah indikator utama efisiensi siklus konversi kas.
Dengan melakukan analisis supply demand yang didukung data STR, perusahaan dapat menjaga keseimbangan sempurna antara ketersediaan produk dan likuiditas keuangan.
3. Cara Menghitung Sell-Through Rate
Menghitung sell-through rate sebenarnya cukup sederhana dan tidak memerlukan perangkat lunak yang rumit, meskipun otomatisasi akan sangat membantu. Kunci utamanya adalah memiliki data yang akurat mengenai jumlah unit yang terjual dan jumlah unit yang diterima dalam periode waktu yang sama.
Periode ini harus didefinisikan dengan jelas, apakah itu mingguan, bulanan, atau per musim, untuk memastikan perbandingan yang konsisten dan relevan dari waktu ke waktu.
Berikut adalah langkah-langkah yang tepat untuk menghitung SRT:
a. Rumus Sell-Through Rate
Rumus dasar untuk menghitung rasio penjualan ini sangat lugas dan mudah dipahami. Anda hanya perlu membagi jumlah unit yang terjual dengan jumlah unit awal yang diterima, kemudian mengalikannya dengan 100 untuk mendapatkan hasil dalam bentuk persentase. Formula ini dapat diterapkan pada tingkat SKU individu, kategori produk, atau bahkan seluruh inventaris toko.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
STR (%) = (Jumlah Unit Terjual / Jumlah Unit Diterima) x 100%
Komponen dalam rumus ini meliputi:
- Jumlah Unit Terjual: Total kuantitas produk spesifik yang telah dijual kepada pelanggan dalam periode waktu yang ditentukan.
- Jumlah Unit Diterima: Total kuantitas produk yang sama yang diterima dari pemasok atau diproduksi pada awal periode yang sama.
b. Contoh Perhitungan STR dalam Skenario Bisnis Ritel di Indonesia
Mari kita ambil contoh sebuah butik fesyen di Jakarta yang bersiap untuk musim Lebaran. Pada tanggal 1 April, butik tersebut menerima kiriman 200 potong gamis model terbaru dari pemasoknya. Butik tersebut ingin mengukur kinerja penjualan gamis ini selama bulan April untuk menentukan apakah perlu memesan lebih banyak sebelum puncak musim belanja Lebaran.
Selama bulan April, data dari sistem kasir (POS) menunjukkan bahwa butik tersebut berhasil menjual 150 potong gamis dari model tersebut. Dengan menggunakan data ini, kita dapat menghitung STR sebagai berikut:
- Jumlah Unit Terjual = 150 potong
- Jumlah Unit Diterima = 200 potong
STR = (150 / 200) x 100% = 0.75 x 100% = 75%
Angka STR sebesar 75% ini memberikan wawasan berharga bagi pemilik butik. Ini menunjukkan bahwa gamis tersebut sangat diminati, dan dengan sisa stok yang menipis, keputusan untuk segera memesan ulang adalah langkah yang tepat untuk memaksimalkan potensi penjualan selama sisa musim Lebaran.
4. Berapa Angka STR yang Dianggap Baik?
Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan oleh para profesional ritel adalah, Berapa angka STR yang ideal? Jawabannya tidak sesederhana menyebutkan satu angka tunggal, karena angka STR yang baik sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor. Ini termasuk jenis industri, kategori produk, siklus hidup produk, dan bahkan model bisnis perusahaan itu sendiri (misalnya, fast fashion vs. elektronik).
Banyak analis ritel menganggap STR sekitar 80% sebagai target yang sehat. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar inventaris terjual dengan efisien dalam periode yang wajar, sambil menyisakan sedikit stok sebagai penyangga (buffer) untuk permintaan yang tidak terduga. Namun, untuk produk yang sangat eksklusif atau edisi terbatas, target STR bisa mendekati 100% segera setelah diluncurkan.
Di sisi lain, STR yang terlalu tinggi, misalnya di atas 95%, bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun menunjukkan permintaan yang luar biasa kuat, ini juga merupakan indikasi kuat bahwa Anda memesan terlalu sedikit stok dan berisiko kehilangan penjualan karena kehabisan barang (stockout).
Sebaliknya, STR yang secara konsisten berada di bawah 40% adalah tanda bahaya yang jelas, menunjukkan adanya masalah serius dalam pemilihan produk, strategi harga, atau upaya pemasaran yang perlu segera ditangani.
5. Perbedaan Sell-Through Rate dan Inventory Turnover
Dalam dunia metrik ritel, sell-through rate (STR) dan inventory turnover (perputaran persediaan) sering kali membingungkan karena keduanya sama-sama mengukur efisiensi inventaris. Namun, keduanya memberikan perspektif yang berbeda dan menjawab pertanyaan bisnis yang berbeda pula. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kesehatan inventaris Anda.
Secara mendasar, STR adalah metrik taktis yang berfokus pada kinerja jangka pendek dari sejumlah stok tertentu. Metrik ini menjawab pertanyaan seberapa cepat kita menjual stok yang baru saja kita terima bulan ini? Ini menjadikannya alat yang sangat baik untuk mengevaluasi keberhasilan peluncuran produk baru, efektivitas promosi musiman, atau kinerja pemasok tertentu.
Sebaliknya, inventory turnover adalah metrik strategis yang berfokus pada kinerja jangka panjang dari keseluruhan inventaris. Metrik ini dihitung untuk periode yang lebih lama, biasanya satu tahun. Inventory turnover yang tinggi umumnya menunjukkan manajemen inventaris yang efisien secara keseluruhan dan kesehatan finansial yang baik.
6. Strategi Efektif untuk Meningkatkan Sell-Through Rate
Meningkatkan sell-through rate adalah tujuan utama bagi setiap peritel karena secara langsung berdampak pada pendapatan dan profitabilitas. Hal ini memerlukan pendekatan multifaset yang menggabungkan strategi harga yang cerdas, pemasaran yang kreatif, dan manajemen inventaris yang proaktif. Dengan menerapkan taktik yang tepat, Anda dapat mempercepat pergerakan produk dari rak ke pelanggan.
Kunci suksesnya terletak pada pemahaman mendalam tentang pelanggan dan dinamika pasar. Analisis data penjualan secara teratur akan mengungkap pola dan peluang yang dapat dieksploitasi.
Berikut adalah beberapa strategi teruji yang dapat diimplementasikan oleh bisnis ritel dari berbagai skala untuk mendorong STR mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
a. Optimalkan Strategi Harga, Promosi, dan Diskon
Penetapan harga adalah salah satu tuas paling kuat untuk memengaruhi kecepatan penjualan. Menerapkan strategi harga dinamis, di mana harga disesuaikan berdasarkan permintaan, tingkat persediaan, dan harga pesaing, dapat secara signifikan meningkatkan STR. Selain itu, promosi yang dirancang dengan baik dapat menciptakan urgensi dan mendorong pembelian impulsif.
Misalnya, penawaran waktu terbatas (flash sale), diskon untuk pembelian dalam jumlah besar (volume discount), atau program loyalitas yang memberikan poin ekstra untuk produk tertentu dapat menjadi sangat efektif. Untuk produk yang pergerakannya lambat, diskon strategis atau bundel dengan produk populer dapat membantu membersihkan stok tanpa merusak persepsi merek secara keseluruhan.
Tujuannya adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara mendorong penjualan dan mempertahankan margin keuntungan yang sehat.
b. Terapkan Teknik Penjualan Kreatif
Staf penjualan di lini depan memainkan peran krusial dalam meningkatkan sell-through rate. Memberikan pelatihan produk yang komprehensif dan mengajarkan teknik penjualan seperti cross-selling dan up-selling dapat membuat perbedaan. Ketika seorang pelanggan membeli kemeja, staf yang terlatih dapat menawarkan celana atau aksesori yang serasi, sehingga meningkatkan nilai transaksi dan membantu menjual lebih banyak item.
Selain itu, menciptakan pengalaman berbelanja yang menarik juga dapat mendorong penjualan. Demonstrasi produk, memberikan promo bundling produk, dan sesi styling gratis dapat menarik lebih banyak pengunjung dan membuat produk lebih menarik.
Pendekatan konsultatif dari tim penjualan, di mana mereka bertindak sebagai penasihat tepercaya bagi pelanggan, juga dapat meningkatkan kepercayaan dan mendorong konversi.
c. Tingkatkan Visibilitas Produk
Produk tidak akan terjual jika pelanggan tidak dapat melihat atau menemukannya. Di toko fisik, ini berarti menerapkan strategi visual merchandising yang efektif. Hal ini seperti menempatkan produk dengan STR tinggi di tingkat mata (eye-level), membuat pajangan yang menarik di dekat pintu masuk, atau menggunakan pencahayaan untuk menyorot item-item utama.
Penempatan produk yang strategis dapat memandu perjalanan pelanggan dan mendorong penemuan produk. Di ranah digital, visibilitas berarti optimasi mesin pencari (SEO) untuk halaman produk, menjalankan iklan berbayar yang menargetkan audiens yang tepat, dan mempromosikan produk di media sosial.
Menampilkan produk di halaman utama situs web, membuat koleksi pilihan (curated collections), dan menggunakan foto serta video berkualitas tinggi adalah cara-cara efektif untuk menarik perhatian dan mendorong klik ke halaman pembelian.
d. Kelola Tingkat Persediaan Secara Proaktif
Salah satu cara paling mendasar untuk meningkatkan STR adalah dengan memesan jumlah stok yang tepat sejak awal. Ini melibatkan analisis data penjualan historis untuk memahami pola permintaan dan menghindari pemesanan berlebihan, terutama untuk produk yang belum teruji.
Manajemen persediaan proaktif adalah tentang keseimbangan antara memastikan ketersediaan dan menghindari kelebihan stok. Memanfaatkan data STR dari periode sebelumnya dapat membantu Anda membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas untuk musim berikutnya.
Penting untuk memahami berapa jumlah stock on hand yang ideal untuk setiap produk. Dengan begitu, Anda dapat mengurangi risiko menimbun barang yang pergerakannya lambat dan mengalokasikan modal Anda ke produk yang sudah terbukti laku. Lebih baik pesan sedikit akan tetapi dengan jangka waktu yang sering.
e. Perhatikan Faktor Musiman (Seasonality) dan Tren Pasar
Permintaan untuk banyak produk ritel sangat dipengaruhi oleh musim, hari libur, dan tren yang terus berubah. Menyelaraskan inventaris Anda dengan faktor-faktor ini sangat penting untuk mencapai STR yang tinggi. Misalnya, menjual pakaian hangat di musim panas atau pakaian renang di musim dingin kemungkinan besar akan menghasilkan STR yang sangat rendah.
Oleh karena itu, perencanaan inventaris harus selalu mempertimbangkan kalender ritel dan tren konsumen terkini. Memantau laporan tren industri, media sosial, dan bahkan umpan balik pelanggan dapat memberikan wawasan berharga tentang produk apa yang akan diminati di masa depan.
Dengan mengantisipasi perubahan permintaan, Anda dapat memastikan bahwa Anda memiliki produk yang tepat pada waktu yang tepat, sehingga memaksimalkan peluang penjualan.
7. Peran Teknologi dalam Memantau dan Meningkatkan STR
Di era digital saat ini, mengelola bisnis ritel secara manual tidak lagi efisien dan rentan terhadap kesalahan. Teknologi, khususnya perangkat lunak manajemen ritel yang canggih, memainkan peran transformatif dalam memantau, menganalisis, dan pada akhirnya meningkatkan sell-through rate. Otomatisasi dan analisis data tingkat lanjut memberdayakan para pengambil keputusan untuk beralih dari reaksi menjadi proaktif.
Berikut beberapa peran teknologi dalam memantau dan meningkatkan STR:
a. Pelacakan Inventaris dan Penjualan secara Real-Time dengan Sistem POS
Dasar dari pemantauan STR yang akurat adalah data yang bersih dan tepat waktu. Sistem Point of Sale (POS) modern secara otomatis mencatat setiap transaksi penjualan saat terjadi, dan secara bersamaan memperbarui tingkat inventaris. Sinkronisasi real-time ini menghilangkan kebutuhan akan entri data manual yang memakan waktu dan berisiko human error.
Dengan sistem POS yang terintegrasi, manajer dapat dengan mudah menarik laporan STR kapan saja untuk produk, kategori, atau lokasi toko mana pun. Kemampuan untuk mengakses data yang akurat secara instan ini sangat berharga untuk pengambilan keputusan harian.
Misalnya, jika sebuah produk menunjukkan STR yang sangat tinggi di minggu pertama peluncurannya, manajer dapat segera melakukan pemesanan ulang untuk mencegah kehabisan stok.
b. Wawasan Prediktif (Predictive Insights) untuk Peramalan Permintaan
Perangkat lunak ritel terdepan kini dilengkapi dengan kemampuan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning. Ini untuk menganalisis data historis dan mengidentifikasi pola yang kompleks. Algoritma ini dapat memproses volume data yang besar termasuk penjualan masa lalu, musim, dan hari libur. Bahkan faktor eksternal seperti tren cuaca untuk menghasilkan peramalan permintaan yang sangat akurat.
Wawasan prediktif ini mengubah cara peritel merencanakan inventaris. Dengan peramalan yang lebih baik, perusahaan dapat memesan jumlah stok yang optimal, sehingga secara inheren meningkatkan potensi STR. Alih-alih hanya mengandalkan intuisi atau data penjualan tahun lalu, para perencana dapat membuat keputusan yang didukung oleh model statistik canggih.
Hal ini secara signifikan mengurangi risiko overstocking pada produk yang permintaannya diprediksi akan menurun dan understocking pada produk yang akan menjadi tren.
c. Otomatisasi Titik Pemesanan Ulang (Re-order Points)
Salah satu tantangan terbesar dalam manajemen inventaris adalah mengetahui kapan harus memesan ulang produk, terutama untuk item yang bergerak cepat. Jika pemesanan dilakukan terlalu terlambat, Anda akan kehabisan stok; jika terlalu cepat, Anda akan menumpuk persediaan yang tidak perlu. Teknologi dapat mengatasi masalah ini melalui otomatisasi titik pemesanan ulang (re-order points).
Sistem manajemen inventaris yang canggih memungkinkan Anda untuk menetapkan ambang batas stok minimum untuk setiap produk. Ketika tingkat persediaan mencapai titik ini, sistem secara otomatis membuat pesanan pembelian (purchase order) atau mengirimkan notifikasi. Otomatisasi ini memastikan bahwa produk-produk terlaris Anda selalu tersedia, menjaga STR tetap tinggi dan pelanggan tetap puas.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, mengandalkan metode manual untuk melacak metrik sepenting ini tidak lagi memadai. Dengan menyediakan pelacakan real-time, analisis prediktif, dan otomatisasi cerdas, software retail ScaleOcean dapat membantu bisnis anda untuk mengelola dan mengoptimalkan perhitungan STR.
8. Kesimpulan
Memahami sell-through rate (STR) bukan sekadar tentang menghitung angka, melainkan menguasai metrik vital yang menjadi kompas dalam dunia ritel. Dengan menganalisis STR, Anda dapat secara efektif mengidentifikasi produk andalan yang mendatangkan profit dan produk yang kurang diminati. Hal ini memungkinkan Anda mengoptimalkan manajemen inventaris.
Metrik ini membantu Anda menghindari dua masalah utama kehabisan stok (stock-out), dan penumpukan stok mati (dead stock) yang membebani biaya penyimpanan. Dengan menguasai STR, Anda bisa membuat keputusan lebih cerdas, mulai dari strategi promosi hingga peramalan permintaan yang akurat.
Di era modern, teknologi seperti perangkat lunak manajemen ritel terintegrasi menjadi alat krusial untuk melacak STR secara real-time. Software Retail ScaleOcean mengintegrasikan berbagai fungsi, mulai dari titik penjualan hingga manajemen inventaris dan analitik, ke dalam satu ekosistem yang kohesif. Untuk mengetahui bagaimana software ini membantu anda, jadwalkan demo gratis dan konsultasi dengan tim ahli kami.
FAQ:
1. Apa itu sell through rate?
Sell-through rate (STR) adalah metrik yang mengukur presentasi inventaris yang terjual dalam sebulan dibandingkan dengan inventaris yang Anda terima dari pabrik.
2. Apa perbedaan antara sellout dan sell through?
Sell-in secara khusus merujuk pada penjualan dari pemasok ke pengecer, sementara sell-out merujuk pada penjualan oleh pengecer ke konsumen akhir . Namun, istilah sell-through merujuk pada keseluruhan proses: perjalanan produk dari pemasok ke pengecer, dan akhirnya ke konsumen.
3. Apa rumus untuk menjual melalui?
Rumus Sell Through Rate = (jumlah unit terjual ÷ jumlah unit yang diterima) x 100. Idealnya, data penjualan dan inventaris perlu dibandingkan dengan data pemasaran dan umpan balik pelanggan.


