Mengelola biaya, waktu, dan kualitas dalam proyek besar, seperti konstruksi atau pengembangan perangkat lunak, adalah tantangan besar. Tanpa sistem yang tepat, penyimpangan kecil dapat menyebabkan keterlambatan, pembengkakan biaya, dan penurunan kualitas.
Earned Value Management (EVM) hadir sebagai solusi yang memungkinkan manajer proyek untuk mengevaluasi kinerja proyek secara menyeluruh. Metodologi ini mengintegrasikan pengukuran waktu, biaya, dan hasil yang tercapai, memberikan pandangan yang lebih jelas tentang status proyek.
EVM tidak hanya mengukur seberapa banyak yang telah dilakukan, tetapi juga membandingkan antara rencana dan realisasi, memudahkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan proaktif. Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang apa itu EVM, cara kerjanya, serta manfaatnya dalam memastikan proyek berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
- Earned Value Management adalah metode yang memungkinkan manajer proyek memantau progres, biaya, dan jadwal secara kuantitatif untuk keputusan tepat.
- Prinsip EVM menekankan integrasi antara anggaran, waktu, dan hasil kerja, sehingga proyek dapat dijalankan sesuai target dan risiko lebih mudah dikendalikan.
- Manfaat EVM mencakup pengendalian biaya dan jadwal, mitigasi risiko, serta pengelolaan sumber daya yang lebih efektif dalam setiap tahap proyek.
- Software Project Management ScaleOcean membantu perusahaan mengukur Planned Value, Earned Value, dan Actual Cost sekaligus, meningkatkan efisiensi dan akurasi pengelolaan proyek.
Apa Itu Earned Value Management (EVM)?
Earned Value Management (EVM) adalah teknik manajemen proyek yang digunakan untuk mengukur dan memantau kinerja proyek secara sistematis. EVM memberikan gambaran yang lebih komprehensif dibandingkan metode tradisional dengan mengintegrasikan tiga elemen utama, cakupan pekerjaan, jadwal, dan biaya, untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana.
EVM mengukur kinerja proyek berdasarkan dua faktor utama, kemajuan fisik dan biaya yang dikeluarkan. Proyek dianalisis dengan membandingkan Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actual Cost (AC). Metodologi ini memberikan wawasan mendalam untuk mengidentifikasi masalah lebih awal, seperti penyimpangan anggaran dan keterlambatan jadwal.
EVM tidak hanya membantu dalam pelaporan kinerja, tetapi juga memberikan data kuantitatif yang bisa digunakan untuk meramalkan hasil akhir proyek. Dengan menggunakan EVM, manajer proyek dapat memastikan bahwa proyek tetap pada jalurnya dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya, baik dari segi biaya maupun waktu.
Prinsip Utama Earned Value Management
Earned Value Management (EVM) beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip yang membantu manajer proyek memantau dan mengendalikan proyek secara sistematis. Dengan memahami prinsip ini, tim dapat mengevaluasi kinerja proyek secara objektif dan mengambil langkah korektif tepat waktu.
- Membandingkan Rencana: Prinsip pertama EVM adalah menyusun baseline proyek dan membandingkannya dengan realisasi. Hal ini membantu manajer melihat apakah proyek berjalan sesuai jadwal, cakupan, dan anggaran. Perbandingan ini memungkinkan tim mendeteksi penyimpangan sejak dini dan menyesuaikan strategi agar proyek tetap pada jalurnya.
- Realisasi: Realisasi mengacu pada pencapaian aktual proyek dibandingkan dengan rencana awal. Tim dapat menilai sejauh mana pekerjaan telah selesai dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Analisis realisasi juga memudahkan penentuan prioritas tugas dan alokasi sumber daya, serta memastikan laporan kinerja akurat untuk pemangku kepentingan.
- Biaya Aktual: Biaya aktual mencatat pengeluaran riil proyek agar tetap sesuai anggaran dan mencegah pembengkakan biaya. Informasi ini penting untuk memantau efisiensi penggunaan sumber daya. Data biaya aktual mendukung pengambilan keputusan berbasis fakta dan membantu perencanaan keuangan proyek secara lebih akurat.
Baca juga: Manajemen Biaya Proyek: Manfaat, Proses, dan Cara Kelolanya
Manfaat Penerapan EVM dalam Manajemen Proyek
Penerapan Earned Value Management (EVM) dalam manajemen proyek tidak sekadar melacak kemajuan, tetapi memberikan manfaat strategis yang meningkatkan kemungkinan keberhasilan proyek. EVM membantu tim dan pemangku kepentingan memantau kinerja proyek secara proaktif dan berbasis data, sehingga masalah bisa diantisipasi sebelum menjadi kritis.
a. Pengukuran Kinerja yang Kuantitatif dan Objektif
EVM mengubah penilaian kinerja dari bersifat subjektif menjadi metrik yang jelas dan terukur. Indikator seperti Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index (SPI) menilai efisiensi biaya dan ketepatan jadwal secara akurat, memberikan pemahaman yang sama kepada seluruh tim.
Pengukuran kuantitatif ini juga mempermudah identifikasi akar masalah dan fokus pada solusi. Diskusi proyek menjadi lebih produktif karena berbasis fakta, sehingga akuntabilitas dan transparansi tim meningkat serta progres dan alokasi sumber daya bisa dievaluasi dengan tepat.
b. Identifikasi Risiko dan Penyimpangan Proyek Sejak Dini
EVM berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk penyimpangan jadwal atau biaya. Ketika varians biaya (CV) atau varians jadwal (SV) menunjukkan tren negatif, manajer dapat segera menelusuri penyebabnya, misalnya inefisiensi tenaga kerja atau kenaikan harga material, sehingga tindakan korektif bisa dilakukan lebih awal.
Kemampuan ini membantu tim menanggapi risiko dengan cepat dan terencana, terutama pada proyek kompleks dan berjangka panjang. Deteksi awal mencegah keterlambatan signifikan atau pembengkakan anggaran, sehingga proyek tetap berada pada jalur yang benar.
c. Mendukung Pengambilan Keputusan Berbasis Data yang Akurat
Data objektif dari EVM menjadi dasar pengambilan keputusan strategis, misalnya menambah sumber daya atau menyesuaikan jadwal berdasarkan kinerja aktual. Analisis CPI dan SPI membantu memastikan keputusan tepat tanpa mengorbankan efisiensi biaya.
Selain itu, informasi ini memungkinkan prioritas tugas dan alokasi sumber daya disesuaikan sesuai kebutuhan proyek. Dengan begitu, seluruh proses pengelolaan proyek menjadi lebih efisien dan berorientasi pada hasil.
d. Kemampuan Forecasting Biaya dan Jadwal yang Lebih Baik
EVM memungkinkan proyeksi biaya akhir dan waktu penyelesaian proyek dengan rumus Estimate at Completion (EAC) berdasarkan tren kinerja historis. Hal ini membantu perencanaan lebih matang dan mengurangi risiko keterlambatan atau pembengkakan biaya.
Prediksi yang akurat juga memudahkan manajemen menyesuaikan anggaran atau cakupan pekerjaan sebelum terjadi masalah. Proyeksi ini menjadikan pengelolaan proyek lebih terkontrol dan siap menghadapi perubahan kondisi.
e. Peningkatan Komunikasi dan Transparansi kepada Pemangku Kepentingan
EVM menyajikan status proyek melalui grafik dan indeks kinerja sehingga pemangku kepentingan dapat memahami kesehatan proyek dengan cepat. Laporan berbasis PV, EV, dan AC membantu membangun kepercayaan dan meningkatkan kolaborasi.
Transparansi ini juga memudahkan tim menjelaskan penyebab penyimpangan dan langkah korektif yang dilakukan. Pemahaman yang sama memperkuat kerja sama untuk mencapai target proyek dengan lebih efektif.
Cara Kerja dan Proses Implementasi EVM

Mengimplementasikan Earned Value Management secara efektif memerlukan pendekatan yang terstruktur dan disiplin. Ini bukanlah sesuatu yang bisa diterapkan secara mendadak di tengah proyek, melainkan harus direncanakan sejak awal. Prosesnya melibatkan beberapa langkah kunci yang memastikan semua data yang dibutuhkan tersedia dan akurat untuk analisis.
Melansir dari artikel NASA, setiap pekerjaan harus direncanakan, dijadwalkan, dan dianggarkan dalam bentuk planned value. Kumpulan planned value ini kemudian membentuk Performance Measurement Baseline (PMB), yang menjadi dasar untuk menjaga konsistensi dalam pengendalian proyek.
Proses ini mengubah rencana proyek menjadi sebuah baseline yang terukur, yang kemudian digunakan sebagai tolok ukur sepanjang siklus hidup proyek. Disiplin dalam mengikuti proses ini adalah kunci untuk memaksimalkan manfaat EVM. Berikut adalah tahapan utama dalam cara kerja dan implementasi EVM.
a. Menetapkan Garis Dasar (Baseline) Proyek (Cakupan, Jadwal, Biaya)
Langkah pertama adalah membuat Performance Measurement Baseline (PMB), yang menjadi acuan utama untuk mengukur kinerja proyek. Cakupan pekerjaan diuraikan secara rinci menggunakan work breakdown structure, memecah proyek menjadi paket pekerjaan yang lebih kecil dan mudah dikelola, sehingga tiap tugas memiliki tanggung jawab jelas dan anggaran yang terukur.
Jadwal dikembangkan untuk menentukan waktu mulai dan selesai setiap paket pekerjaan, sementara anggaran dialokasikan secara time-phased. Dengan baseline ini, nilaiPlanned Value (PV) dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja proyek dan memastikan pengelolaan proyek tetap sesuai rencana awal.
b. Mengukur Kemajuan Fisik Proyek secara Berkala
Setelah baseline ditetapkan, manajer proyek secara rutin mengukur kemajuan fisik proyek untuk menghitung Earned Value (EV). Pengukuran dilakukan secara objektif, baik kuantitatif maupun kualitatif, sesuai karakteristik pekerjaan, sehingga akurasi data tetap terjaga.
Untuk pekerjaan dengan output terukur, kemajuan dihitung berdasarkan jumlah unit yang selesai. Sedangkan pekerjaan yang lebih sulit diukur, seperti desain atau manajemen, dapat menggunakan milestone atau aturan 50/50. Konsistensi metode pengukuran menjaga integritas analisis EVM dan mempermudah perbandingan dengan baseline.
c. Membandingkan Realisasi dengan Rencana untuk Menemukan Varians
Pada setiap periode pelaporan, tiga data utama dikumpulkan, yaitu Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actual Cost (AC). PV berasal dari baseline, EV dihitung dari kemajuan fisik, dan AC adalah total biaya riil yang tercatat.
Perbandingan EV terhadap PV dan AC memungkinkan manajer proyek menemukan varians biaya dan jadwal. Analisis ini menunjukkan apakah proyek berjalan sesuai rencana atau memerlukan intervensi, sehingga keputusan manajemen dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.
d. Melakukan Analisis Varians dan Peramalan Hasil Akhir Proyek
Setelah varians ditemukan, analisis dilakukan menggunakan metrik seperti Schedule Variance (SV), Cost Variance (CV), Schedule Performance Index (SPI), dan Cost Performance Index (CPI). Hasil analisis ini memberi gambaran menyeluruh tentang kondisi proyek saat ini.
Data historis kemudian digunakan untuk memperbarui proyeksi biaya dan jadwal akhir proyek (Estimate at Completion – EAC). Proses ini menjadikan manajemen proyek lebih proaktif, memungkinkan tindakan korektif dan penyesuaian strategi sebelum masalah berkembang menjadi lebih besar.
Komponen dan Metrik Utama dalam EVM
Memahami komponen dan metrik utama EVM adalah langkah penting untuk mengevaluasi kinerja proyek secara akurat. Metrik-metrik ini terbagi menjadi dua kategori, metrik dasar yang menjadi titik data primer, dan metrik analisis kinerja yang diturunkan dari data primer.
Penguasaan setiap komponen memungkinkan manajer proyek membaca laporan EVM secara tepat. Komponen ini saling terkait membentuk sistem logis yang menilai kesehatan proyek dari perspektif biaya dan jadwal. Berikut pembahasan rinci setiap metrik.
a. Metrik Dasar (Primary Data Points)
Tiga metrik dasar ini menjadi fondasi analisis EVM. Data yang akurat sangat menentukan validitas interpretasi kinerja proyek, mulai dari perencanaan hingga evaluasi progres aktual.
- Nilai Rencana (Planned Value – PV): Planned Value adalah anggaran untuk pekerjaan yang dijadwalkan selesai pada periode tertentu. PV menjadi tolok ukur awal, membantu manajer proyek memantau apakah progres sesuai rencana dan menjadi basis perhitungan kinerja.
- Nilai yang Diperoleh (Earned Value – EV): Earned Value mengukur nilai pekerjaan yang sudah diselesaikan berdasarkan anggaran yang disetujui. EV menunjukkan kemajuan fisik proyek dan menjadi indikator utama pencapaian target kerja dibandingkan rencana awal.
- Biaya Aktual (Actual Cost – AC): Actual Cost mencatat total biaya riil yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang selesai. AC menunjukkan efisiensi penggunaan sumber daya dan menjadi dasar perbandingan dengan EV untuk menilai pengelolaan biaya proyek.
b. Metrik Analisis Kinerja (Performance Metrics)
Metrik analisis kinerja dihitung dari PV, EV, dan AC untuk menilai efektivitas jadwal dan penggunaan biaya. Hasilnya bisa berupa varians atau indeks yang mempermudah pengambilan keputusan.
- Varians Biaya (Cost Variance – CV): CV = EV – AC menunjukkan selisih antara nilai pekerjaan yang diselesaikan dan biaya riil. CV positif menandakan proyek under budget, sementara CV negatif menunjukkan over budget. Nilai ini menilai efisiensi biaya proyek.
- Varians Jadwal (Schedule Variance – SV): SV = EV – PV menilai apakah proyek berjalan sesuai jadwal. Nilai positif berarti proyek lebih cepat, nilai negatif menandakan keterlambatan, sedangkan nol menunjukkan proyek tepat waktu. SV mengkonversi progres jadwal ke nilai finansial.
- Indeks Kinerja Biaya (Cost Performance Index – CPI): CPI = EV / AC mengukur efisiensi biaya proyek. Nilai di atas 1 menandakan kinerja biaya efektif, sedangkan di bawah 1 menandakan inefisiensi. CPI membantu memprediksi total biaya akhir proyek dan pengelolaan anggaran.
- Indeks Kinerja Jadwal (Schedule Performance Index – SPI): SPI = EV / PV menilai efisiensi waktu proyek. Nilai SPI > 1 berarti proyek lebih cepat dari jadwal, sedangkan SPI < 1 menunjukkan keterlambatan. SPI membantu mengevaluasi efektivitas tim dalam mencapai target jadwal.
Contoh Perhitungan dan Analisis EVM Sederhana
Teori dan formula Earned Value Management (EVM) sering terdengar kompleks, namun menjadi lebih jelas melalui contoh praktis. Contoh ini akan menunjukkan cara menghitung dan menganalisis PV, EV, dan AC dalam konteks proyek nyata. Dengan pendekatan ini, manajer proyek dapat menerapkan project time management yang lebih efektif untuk pengendalian biaya dan jadwal.
a. Skenario dan Data Proyek
Bayangkan proyek pembangunan fondasi gedung kecil dengan data berikut:
Anggaran Total Proyek (Budget at Completion – BAC): Rp200.000.000
Durasi Proyek: 4 minggu
Asumsi: Pekerjaan dan anggaran terdistribusi merata
Analisis dilakukan pada akhir minggu ke-2, untuk menilai kemajuan proyek dengan mengumpulkan data EVM utama.
b. Perhitungan PV, EV, dan AC pada Titik Pelaporan
Pada akhir minggu ke-2, tim proyek melakukan pelaporan progres untuk mengevaluasi kinerja proyek terhadap anggaran dan jadwal. Perhitungan dimulai dengan Planned Value (PV), yaitu nilai dari pekerjaan yang direncanakan hingga titik pelaporan.
PV dihitung dengan mengalikan persentase pekerjaan yang direncanakan dengan total anggaran proyek (BAC). Misalnya, jika 50% pekerjaan direncanakan selesai dari total anggaran Rp200.000.000, maka PV sebesar Rp100.000.000. Berikut ini adalah rumusnya:
PV = Persentase Pekerjaan yang Direncanakan × BAC
Maka, dari rumus ini nilai PV proyek bisa dihitung sebagai berikut:
PV= 50% x Rp200.000.000 = Rp100.000.000
Selanjutnya, Earned Value (EV) menunjukkan nilai dari pekerjaan yang benar-benar selesai. EV diperoleh dari persentase pekerjaan selesai dikalikan dengan BAC. Berikut ini adalah rumus untuk menilai EV:
EV = Persentase Pekerjaan yang Selesai × BAC
Dengan begitu, nilai EV dari proyek ini adalah:
EV = 40% x Rp200.000.000 = Rp80.000.000
Jika 40% pekerjaan telah selesai, EV menjadi Rp80.000.000. Terakhir, Actual Cost (AC) mencatat total biaya yang telah dikeluarkan hingga titik pelaporan, dalam contoh ini Rp90.000.000. Nilai-nilai PV, EV, dan AC ini menjadi dasar untuk analisis kinerja biaya dan jadwal proyek.
c. Analisis Hasil: Menghitung CV, SV, CPI, dan SPI
Setelah PV, EV, dan AC diperoleh, proyek dapat dianalisis lebih lanjut untuk menilai efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap jadwal. Evaluasi ini menggunakan metrik utama seperti Cost Variance (CV), Schedule Variance (SV), Cost Performance Index (CPI), dan Schedule Performance Index (SPI).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung CV dan contoh perhitungannya:
CV = EV − AC
Maka nilai CV dapat ditentukan seperti berikut ini:
CV = Rp80.000.000 – Rp90.000.000 = -Rp10.000.000
CV dihitung sebagai selisih antara EV dan AC untuk menilai efisiensi biaya. Dengan EV Rp80.000.000 dan AC Rp90.000.000, CV menjadi -Rp10.000.000, yang menunjukkan proyek melebihi anggaran.
Setelah menghitung CV, nilai SV dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini:
SV = EV − PV
Dengan rumus ini, maka nilai SV dari proyek ini dapat dihitung sebagai berikut:
SV = Rp80.000.000 – Rp100.000.000 = -Rp20.000.000
Untuk mengevaluasi jadwal, SV dihitung dari EV dikurangi PV. Dengan EV Rp80.000.000 dan PV Rp100.000.000, SV menjadi -Rp20.000.000, menandakan proyek tertinggal dari jadwal.
Lalu langkah berikutnya adalah dengan menghitung CPI dari proyek. Nilai CPI dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
CPI = EV / AC
Berikut ini adalah nilai CPI dari proyek ini:
CPI = 80.000.000 / 90.000.000 = 0.89
Rasio kinerja biaya, CPI, diperoleh dengan membagi EV dengan AC, menghasilkan 0,89, yang menunjukkan biaya tidak efisien. Lalu langkah terakhir dalam mengevaluasi proyek adalah dengan menghitung SPI. Berikut ini adalah rumus untuk menentukan nilai SPI suatu proyek.
SPI = EV / PV
Dengan rumus ini, nilai SPI dapat disimpulkan sebagai berikut:
SPI = 80.000.000 / 100.000.000 = 0.80
Sedangkan SPI adalah EV dibagi PV, menghasilkan 0,80, menandakan proyek berjalan lebih lambat dari rencana. Nilai negatif CV dan SV menandakan proyek mengalami pembengkakan biaya dan keterlambatan. CPI < 1 menunjukkan biaya tidak efisien, sementara SPI < 1 menunjukkan proyek berjalan lebih lambat dari rencana.
d. Interpretasi Hasil
Hasil perhitungan menunjukkan proyek melebihi anggaran Rp10 juta dan tertinggal pekerjaan senilai Rp20 juta. CPI 0.89 berarti setiap Rp1 yang dikeluarkan hanya menghasilkan Rp0.89 pekerjaan, sedangkan SPI 0.80 menunjukkan kecepatan proyek hanya 80% dari rencana. Disiplin project time management diperlukan untuk memperbaiki kondisi ini.
Langkah perbaikan dapat mencakup, meningkatkan produktivitas tim, meninjau kualitas material, menambah jam kerja, atau memberikan pelatihan tambahan. Analisis EVM ini memberikan dasar keputusan yang terukur dan memungkinkan tindakan korektif untuk menjaga proyek tetap sesuai anggaran dan jadwal.
Penerapan EVM dalam Berbagai Industri di Indonesia
Earned Value Management (EVM) membantu manajer proyek di Indonesia mengontrol biaya dan jadwal secara kuantitatif. Sistem ini mengubah data anggaran dan progres pekerjaan menjadi metrik yang mudah diinterpretasikan untuk pengambilan keputusan.
Pendekatan ini juga mendukung project time management yang disiplin, sehingga proyek dapat berjalan lebih sesuai rencana. Selain itu, fleksibilitas EVM memungkinkan adaptasi terhadap karakteristik unik setiap industri.
Dari konstruksi hingga pengembangan perangkat lunak dan manufaktur, prinsip dasar EVM tetap sama, membandingkan nilai rencana dengan nilai aktual dan mengevaluasi selisihnya untuk mengidentifikasi potensi risiko. Dengan cara ini, manajer proyek di Indonesia dapat meminimalkan pembengkakan biaya dan keterlambatan jadwal, sekaligus memastikan sumber daya digunakan secara optimal.
a. Proyek Konstruksi dan Infrastruktur
Melansir dari Antara News, EVM efektif untuk proyek konstruksi besar dengan cakupan jelas dan durasi panjang, seperti jalan tol, jembatan, atau gedung bertingkat. Sistem ini mengukur kemajuan fisik pekerjaan dan membandingkannya dengan rencana serta biaya, sehingga penyimpangan dapat terdeteksi lebih awal.
Risiko fluktuasi harga material dan ketersediaan tenaga kerja menjadi tantangan utama proyek di Indonesia. EVM memberikan peringatan dini melalui metrik CV dan SV, membantu manajer proyek mengambil tindakan tepat untuk mendukung project time management yang efektif.
b. Proyek Pengembangan Perangkat Lunak (IT)
Di sektor TI, pengembangan perangkat lunak biasanya mengikuti metodologi Agile yang iteratif dan fleksibel. Agile EVM memungkinkan penggunaan metrik EVM dengan unit kerja seperti story points, di mana PV dihitung dari rencana sprint dan EV dari pekerjaan yang benar-benar selesai, memberikan pemantauan kuantitatif tanpa mengurangi fleksibilitas Agile.
Agile EVM memungkinkan tim pengembang dan sponsor proyek melacak kemajuan secara real-time dan menyesuaikan prioritas backlog jika diperlukan. Dengan metrik biaya, progres, dan kecepatan tim, manajer proyek dapat menjaga jadwal dan mengoptimalkan sumber daya, sehingga project time management tetap terjaga.
c. Industri Manufaktur dan R&D
Di sektor manufaktur, EVM diterapkan pada proyek besar seperti pembangunan pabrik, instalasi lini produksi, atau pengembangan produk baru. Dengan memberikan nilai anggaran untuk setiap tahap dan mengukur progres secara kuantitatif, manajer proyek dapat memantau biaya dan waktu secara real-time.
Dalam proyek R&D, kemajuan sering bersifat abstrak, seperti penyelesaian prototipe atau uji laboratorium. Dengan milestone berbasis nilai anggaran, EVM memungkinkan manajer mengidentifikasi keterlambatan atau pembengkakan biaya lebih awal, menjaga produktivitas tim, dan memastikan proyek tetap sesuai target.
Software Manajemen Proyek ScaleOcean untuk Mengawasi EVM Proyek Anda

Mengelola proyek besar tanpa visibilitas biaya, waktu, dan progres sering menimbulkan risiko pembengkakan anggaran dan keterlambatan. EVM membantu manajer proyek tetap mengontrol biaya, jadwal, dan kinerja secara objektif. Namun, untuk dapat mengawasi EVM seacra akurat, pengelola memerlukan pendataan yang akurat dan selalu diperbarui.
Software Project Management ScaleOcean menawarkan sistem manajemen proyek terintegrasi dengan EVM yang andal. Software ini dapat digunakan oleh pengguna yang tak terbatas, integrasi lintas cabang, layanan internal, dan dashboard yang fleksibel, platform ini ideal untuk perusahaan yang membutuhkan solusi skalabel.
Software inimemudahkan pengukuran Planned Value, Earned Value, dan Actual Cost melalui dashboard intuitif yang dapat disesuaikan per divisi. Vendor ini menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis untuk melihat manfaat penerapan EVM langsung pada proyek Anda serta kemampuan dari software ini untuk meningkatkan keakuratan data dan perhitungan.
Berikut ini adalah penjelasan yang lebih detail mengenai fitur-fitur yang ditawarkan software ini:
- Project Budgeting: Menyusun anggaran proyek sejak awal secara terstruktur untuk menetapkan baseline biaya (Planned Value).
- Real-time Cost Tracking: Memantau biaya aktual yang dikeluarkan secara otomatis dan akurat sebagai dasar perhitungan Actual Cost (AC).
- Progress Tracking (Persentase Penyelesaian): Mencatat progres pekerjaan dalam bentuk % completion yang dapat digunakan untuk menentukan Earned Value (EV).
- Timeline & Milestone Monitoring: Melacak jadwal proyek dan pencapaian milestone untuk mendeteksi deviasi dari rencana waktu (Schedule Variance).
- Visual Dashboard and KPI Reporting: Menyediakan visualisasi performa proyek secara real-time agar manajer proyek dapat mengevaluasi CPI dan SPI dengan cepat.
Kesimpulan
Earned Value Management (EVM) efektif mengelola proyek di berbagai industri Indonesia, membantu memantau progres, biaya, dan jadwal secara kuantitatif. Dengan EVM, manajer proyek dapat mendeteksi penyimpangan lebih awal, mengurangi risiko, dan menjaga efisiensi sumber daya.
ScaleOcean Project Management menyediakan platform terintegrasi berbasis EVM untuk mengukur Planned Value, Earned Value, dan Actual Cost secara intuitif. Vendor ini menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis agar Anda dapat melihat langsung manfaat penerapan EVM dan fitur software ini dalam pengelolaan proyek bisnis Anda.
FAQ:
1. Apa itu Earned Value Management (EVM)?
Earned Value Management (EVM) adalah metode manajemen proyek yang mengukur progres, biaya, dan jadwal secara kuantitatif untuk memantau kinerja proyek secara akurat.
2. Apa saja komponen inti EVM?
Komponen inti EVM meliputi Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actual Cost (AC), yang digunakan untuk membandingkan rencana, progres, dan biaya aktual proyek.
3. Bagaimana EVM mengukur kinerja proyek?
EVM mengukur kinerja proyek dengan membandingkan PV, EV, dan AC, menghasilkan metrik seperti Cost Variance (CV) dan Schedule Variance (SV) untuk menilai efisiensi biaya dan kepatuhan jadwal.
4. Apa manfaat menggunakan EVM?
EVM membantu mengidentifikasi penyimpangan biaya dan jadwal lebih awal, memitigasi risiko, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan meningkatkan akurasi pengelolaan proyek.


