Ini Perbedaan Ekspor dan Impor yang Wajib Dipahami 3PL

ScaleOcean Team

Memahami perbedaan ekspor dan impor adalah hal penting bagi bisnis logistik 3PL agar mampu menjalankan tugasnya dengan efisien dan memastikan tercapainya kepuasan klien. Proses ini melibatkan berbagai tahapan dan dokumen yang berbeda, serta prosedur bea cukai yang harus diikuti. Dalam artikel ini, akan diulas lebih detail perbedaan keduanya dari beberapa aspek penting, serta diberikan contoh ekspor dan impor untuk memberikan gambaran praktis. Simak selengkapnya pada pembahasan berikut ini!

1. Perbedaan Ekspor dan Impor

Sebagai seorang freight forwarder, paham perbedaan ekspor dan impor adalah hal yang krusial untuk menjalankan tugas dengan efisien dan memastikan kepuasan klien dengan layanan yang diberikan. Kedua proses ini melibatkan berbagai tahapan, dokumen yang berbeda, serta prosedur bea cukai yang harus diikuti. Berikut ini penjelasan rinci mengenai perbedaan ekspor dan impor dari beberapa aspek penting.

a. Arah Proses Pengiriman Barang

Arah proses pengiriman barang merupakan perbedaan utama yang perlu dipahami. Dalam proses ekspor, barang dikirim dari negara asal ke negara tujuan. Artinya barang diproduksi di dalam negeri dan kemudian dikirim keluar negeri untuk dijual atau digunakan. Proses ekspor biasanya dimulai dengan pengaturan transportasi barang dari gudang atau pabrik ke pelabuhan atau bandara, yang kemudian dilanjutkan dengan pengurusan dokumen ekspor, dan akhirnya pengiriman ke negara tujuan.

Sebaliknya, impor melibatkan penerimaan barang dari luar negeri ke dalam negeri. Dalam proses ini, freight forwarder bertanggung jawab untuk mengurus pengiriman barang dari pelabuhan atau bandara asal, serta memastikan barang melalui proses bea cukai dengan lancar, hingga barang sampai ke penerima akhir di dalam negeri dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

b. Dokumen yang Diperlukan

Dokumen yang diperlukan dalam proses ekspor dan impor juga berbeda. Untuk ekspor, Anda harus menyiapkan shipping instruction, invoice komersial, packing list, certificate of origin, bill of lading, dan PEB. Dokumen-dokumen ini diperlukan agar barang yang diekspor memenuhi semua persyaratan legal dan regulasi di negara asal serta negara tujuan.

Sementara itu dalam proses impor, dokumen yang diperlukan masih mencakup bill of lading, sertifikat asal, dan packing list, tapi juga perlu didukung dengan arrival notice, deklarasi impor, dan PIB. Deklarasi impor sangat penting untuk mengajukan barang ke bea cukai di negara tujuan dan memastikan semua pajak dan bea telah dibayar.

c. Syarat dan Prosedur Bea Cukai

Perbedaan ekspor dan impor juga bisa dilihat dari aspek syarat, prosedur, serta tarif bea masuk/keluar. Dalam ekspor, bea keluar dikenakan pada barang tertentu seperti kayu, kulit, biji kakao, CPO, dan produk mineral logam. Perhitungan bea keluar dapat berdasarkan persentase dari harga ekspor atau tarif spesifik per satuan barang. Barang logistik ekspor bisa lanjut dikirimkan jika mendapat nomor pendaftaran dan penerbitan Nota Pelayanan Ekspor (NPE) dari bea cukai.

Di sisi lain, penetapan tarif bea masuk ditentukan berdasarkan jenis barang yang diimpor dan nilainya. Misalnya, barang elektronik dikenakan tarif yang berbeda dibandingkan pakaian atau makanan. Tarif ini memang dibuat bervariasi dan diatur oleh pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri dan mengendalikan jumlah barang impor. Ada juga ketentuan pembebasan bea masuk untuk barang dengan nilai tertentu. Biasanya, barang kiriman pribadi dengan nilai di bawah USD 75 dapat dibebaskan dari bea masuk. Artinya tidak semua barang impor harus membayar bea masuk, tergantung pada nilainya.

2. Contoh Alur Ekspor bagi Freight Forwarder

PT Logistik Maju adalah sebuah perusahaan freight forwarder yang menerima pesanan pengiriman dari PT Elektronika Canggih untuk mengirimkan barang elektronik ke Amerika Serikat. Setelah mendapatkan pesanan ini, tim logistik mengumpulkan semua informasi yang diperlukan dari PT Elektronika Canggih. Mereka menyiapkan dokumen ekspor yang mencakup invoice komersial, packing list, sertifikat asal dan shipping instruction. Dokumen ini akan dijadikan acuan untuk membuat bill of lading yang kemudian diserahkan ke pihak pelayaran.

Selanjutnya PT Logistik Maju mengatur transportasi barang dari gudang PT Elektronika Canggih ke pelabuhan Tanjung Priok. Mereka memastikan bahwa barang-barang tersebut dikemas dengan aman dan dilabeli dengan benar sesuai persyaratan regulasi internasional. Freight forwarder juga memutuskan melakukan pengangkutan dari gudang ke pelabuhan dengan truk yang dinilai lebih cepat dan efisien.

Setibanya di pelabuhan, freight forwarder mengajukan dokumen ekspor ke otoritas bea cukai Indonesia. Di sini PT Logistik Maju perlu mengurus pembayaran bea keluar dan pajak agar dapat dipastikan barang dapat di kirim ke luar negeri dan telah memenuhi semua regulasi ekspor. Saat itu pula petugas bea cukai akan memeriksa barang-barang tersebut. Jika dinilai barang perlu pemeriksaan fisik, maka freight forwarder harus membantu proses tersebut.

Setelah mendapatkan persetujuan dari bea cukai, barang-barang tersebut dimuat ke dalam kapal kontainer dan siap dikirim menggunakan kapal yang sudah disewa oleh PT Logistik Maju. Mereka harus memastikan jadwal pengiriman sesuai dengan rencana awal dan segera menginformasikan detail pengiriman ini ke carrier. Selama perjalanan, mereka juga perlu secara berkala memantau status pengiriman melalui shipping tracking system.

3. Contoh Alur Impor bagi Freight Forwarder

Alur impor bagi bisnis logistik freight forwarder sedikit berbeda karena secara umum adalah menerima barang masuk dari luar negeri. Berikut contoh alur impor yang memudahkan Anda untuk memahaminya. Misalkan PT Logistik Maju menerima pesanan dari PT Tekstil Nusantara untuk mengimpor kain yang berasal dari India. Setelah menerima pesanan ini, tim logistik mulai berkoordinasi dengan supplier di India untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Termasuk invoice komersial, packing list, sertifikat asal, bill of lading, serta menyiapkan surat pemberitahuan impor barang (PIB).

Jika seluruh dokumen tersebut sudah lengkap, langkah berikutnya adalah mengatur bongkar muat untuk kain tersebut. Mereka menyewa ruang di kapal kargo dan memastikan jadwal pengiriman sesuai dengan rencana PT Tekstil Nusantara. Selama perjalanan, freight forwarder terus memantau status pengiriman melalui sistem tracking agar dapat dipastikan barang tiba di pelabuhan Tanjung Priok tepat waktu.

Setibanya kapal di pelabuhan Tanjung Priok, freight forwarder menerima dokumen arrival notice dari carrier yang digunakan untuk memberi tahu bahwa barang sudah sampai. Tim logistik pun langsung menginformasikan kedatangan barang ini kepada PT Tekstil Nusantara sekaligus mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk proses custom clearance. Lebih lanjut, freight forwarder juga perlu mengatur pembayaran bea masuk dan pajak impor, serta pemeriksaan barang. Pihak PT Logistik Maju harus terus memantau proses ini untuk menghindari penundaan dan memastikan barang dapat segera dikeluarkan dari pelabuhan.

Berikutnya, PT Logistik Maju mengatur transportasi barang dari pelabuhan ke gudang PT Tekstil Nusantara. Mereka harus memastikan barang impor ini diangkut dengan aman dan sesuai jadwal, sehingga PT Tekstil Nusantara dapat segera memulai produksi pakaian. Sepanjang proses ini, freight forwarder harus terus berkoordinasi dengan perusahaan manufaktur, memberikan update status pengiriman agar semua kebutuhan klien terpenuhi. PT Logistik Maju juga harus siap menangani setiap masalah yang bisa saja muncul selama proses pengiriman.

4. Kesimpulan

Perbedaan ekspor dan impor harus dipahami oleh seorang freight forwarder untuk menjalankan tugas secara efisien dan memastikan kepuasan klien. Dalam proses ekspor, barang dikirim dari dalam negeri ke luar negeri dan perlu dokumen seperti shipping instruction, invoice komersial, dan PEB. Bea keluar dikenakan pada barang tertentu dan dihitung berdasarkan harga ekspor atau tarif spesifik. Sebaliknya, impor melibatkan penerimaan dari luar negeri ke dalam negeri, dan perlu dokumen seperti bill of lading dan PIB. Tarif bea masuk bervariasi tergantung jenis dan nilai barang, dengan ketentuan pembebasan untuk barang bernilai tertentu.

Contoh ekspor dan impor yang dijelaskan di atas menggambarkan secara praktis bagaimana tugas dan tanggung jawab bisnis logistik freight forwarder untuk setiap proses tersebut. Pada alur ekspor, Anda perlu menyiapkan dokumen dan mengurus bea keluar untuk mengirimkan barang dari dalam ke luar negeri. Sedangkan dalam alur impor, Anda bertanggung jawab terhadap penerimaan barang dari luar ke dalam negeri dan mengatur kedatangan barang agar berjalan lancar.

Jadwalkan Demo Gratis

WhatsApp
Audrey
Audrey Balasan dalam 1 menit

Hallo!👋🏻

Tertarik untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda?