Audrey
AudreyBalasan dalam 1 menit
Halo 👋

Hubungi kami untuk mengetahui bagaimana konsultan kami membantu perusahaan anda atau jadwalkan demo gratis dengan tim kami!
Industri Manufaktur Informasi Bisnis Produksi Solusi Bisnis

Ciri Ciri Proses Produksi Terputus Putus di Manufaktur

3 Min Read     Posted on 04 Dec 2023

Share Artikel

Dalam dunia bisnis manufaktur, efisiensi produksi menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam mencapai keberhasilan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk upaya meningkatkan efisiensi produksi adalah penerapan metode produksi terputus putus di manufaktur.

Produksi terputus putus atau discontinous production mengacu pada metode di mana proses produksi dibagi menjadi rangkaian langkah-langkah terpisah, yang memungkinkan produsen untuk mengatur alur kerja dengan lebih terorganisir. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih mendalam mengenai apa saja ciri ciri proses produksi terputus putus, serta kita juga akan sebutkan kelemahan kelemahan sistem produksi terputus putus di bisnis manufaktur. 

1. Ciri Ciri Proses Produksi Terputus Putus

Dalam bisnis manufaktur, discontinous production memainkan peran penting sebagai suatu pendekatan strategis yang melibatkan pemisahan proses produksi menjadi langkah-langkah terpisah, yang memungkinkan perusahaan untuk mengelola alur kerja dengan lebih efektif. Penjelasan kali ini kita akan membahas berbagai ciri ciri proses produksi terputus putus yang membentuk dasar operasional bisnis manufaktur yang sukses.

a. Sekuensialitas Proses

Salah satu ciri ciri  proses produksi terputus putus adalah sekuensialitas proses produksi yang melibatkan setiap langkah produksi yang diatur dalam urutan yang logis dan pembuatan produk secara berurutan. Ciri ini menciptakan alur kerja yang terstruktur dan dapat diukur, sehingga dapat memastikan bahwa setiap langkah dapat dilakukan dengan presisi. Hal ini mempermudah pengawasan dan pengendalian kualitas, karena setiap fase dapat diperiksa secara terpisah untuk memastikan produk akhir memenuhi standar yang ditetapkan.  

Sebagai contoh, pada tahap awal produksi mobil, perusahaan dapat secara terpisah merakit rangka, kemudian memindahkannya ke tahap selanjutnya di mana mesin dan sistem kelistrikan dipasang. Dengan sekuensialitas ini, efisiensi produksi dapat ditingkatkan karena setiap tim dapat fokus pada spesialisasi mereka masing-masing.

b. Pemisahan Fisik dan Fungsional

Ciri lain yang mencirikan discontinous production adalah pemisahan fisik dan fungsional dalam ruang kerja. Pemisahan ini memungkinkan setiap tim atau departemen untuk fokus pada tugas masing-masing tanpa terganggu oleh kegiatan lain yang berlangsung pada tahap produksi lainnya. 

Pemisahan fisik dan fungsional juga mendukung keamanan dan ketertiban di tempat kerja. Tim yang bertanggung jawab atas tahap tertentu memiliki kendali penuh terhadap lingkungannya, sehingga meminimalkan risiko kecelakaan dan memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja. Pemisahan ini juga memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lebih efektif, karena setiap tim dapat mengorganisir dan mengoptimalkan area kerja mereka sesuai dengan kebutuhan spesifik proses produksi.

c. Fleksibilitas Produksi

Fleksibilitas dalam produksi menjadi ciri ciri proses produksi terputus putus selanjutnya dalam penerapannya di bisnis manufaktur. Dengan memisahkan langkah-langkah produksi, perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan dan mengubah proses pada satu tahap tanpa mengganggu tahap-tahap lainnya. 

Fleksibilitas dalam produksi juga mendukung inovasi dan pengembangan produk baru, sehingga perusahaan dapat dengan mudah menyelaraskan tim kreatif untuk merancang dan menguji prototipe baru tanpa mengganggu produksi produk yang sudah ada. Fleksibilitas produksi juga berkaitan dengan strategi manajemen risiko yang dapat meminimalkan dampak risiko pada produksi keseluruhan. Jika terjadi gangguan pada satu tahap, produksi di tahap lain masih dapat berlanjut, mengurangi potensi kerugian secara keseluruhan.

d. Adanya Standarisasi Proses

Standarisasi proses adalah ciri ciri proses produksi terputus putusyang membantu perusahaan dalam memudahkan identifikasi, dokumentasi, dan implementasi standar operasional yang konsisten untuk setiap tahap. Standarisasi ini memberikan kejelasan dalam eksekusi tugas, mengurangi variasi hasil, dan meningkatkan konsistensi produk.

Selain itu, adanya standarisasi proses dalam proses ini akan mempermudah perusahaan dalam memantau dan mengukur kinerja. Metrik yang terstandarisasi dapat diterapkan pada setiap tahap produksi, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan analisis data yang akurat dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang dapat diandalkan. 

e. Penyimpanan yang Efisien

Produksi terputus putus juga mencakup manajemen penyimpanan yang efisien sebagai ciri utama. Dengan pemisahan langkah-langkah produksi, perusahaan dapat merancang sistem penyimpanan yang dioptimalkan untuk kebutuhan spesifik setiap tahap yang mencakup penyimpanan bahan baku, produk semi-jadi, dan produk jadi.

Pemisahan ini memungkinkan perusahaan untuk mengorganisir penyimpanan berdasarkan prioritas dan kecepatan akses, meminimalkan waktu pencarian dan pemrosesan. Manajemen penyimpanan yang efisien juga mendukung prinsip just in time, di mana bahan dan produk hanya disimpan sesuai kebutuhan, mengurangi biaya penyimpanan dan pemborosan.

2. Kelemahan Produksi Terputus Putus

Meskipun discontinous production memberikan sejumlah keuntungan, seperti fleksibilitas dan efisiensi, tidak dapat diabaikan bahwa pendekatan ini juga memiliki sejumlah kelemahan yang perlu diperhatikan dengan cermat. Dalam upaya memberikan gambaran yang komprehensif, kita akan sebutkan kelemahan kelemahan sistem produksi terputus putus dalam penerapannya di bisnis manufaktur.

a. Pemborosan Waktu dan Tenaga

Salah satu kelemahan utama discontinous production adalah adanya pemborosan waktu dan tenaga. Pemisahan proses ke dalam langkah-langkah terpisah dalam produksi sering kali menyebabkan lead time produksi antara tahap-tahap produksi. Pekerja atau mesin di satu tahap mungkin harus menunggu selesainya tahap sebelumnya sebelum dapat memulai tugas. Ini dapat mengakibatkan peningkatan waktu siklus produksi secara keseluruhan.

Pemborosan waktu juga dapat terjadi selama perpindahan produk antar tahap produksi. Meskipun ini dapat diatasi dengan perencanaan dan pengaturan yang baik, masih mungkin terdapat jeda waktu yang tidak produktif saat berpindah dari satu langkah ke langkah berikutnya. Selain itu, peralatan dan mesin mungkin tidak digunakan secara optimal karena adanya waktu henti di antara produksi.

b. Biaya Overhead yang Meningkat

Kelemahan lain dari produksi terputus putus adalah potensi peningkatan biaya overhead pabrik. Dengan metode pemisahan produksi, perusahaan memerlukan penggunaan fasilitas yang lebih besar dan peralatan tambahan untuk setiap tahap. Setiap tahap produksi mungkin memerlukan ruang kerja yang terpisah, peralatan khusus, dan peralatan pengangkut material yang dapat meningkatkan biaya investasi awal dan biaya operasional.

Biaya tambahan juga dapat timbul dari kebutuhan sistem manajemen dan pengendalian yang kompleks. Pengelolaan inventaris, perencanaan produksi, dan pemantauan kualitas mungkin memerlukan teknologi informasi yang canggih dan sumber daya manusia yang lebih terlatih. Semua ini dapat menambah biaya overhead pabrik yang perlu diakomodasi dalam struktur biaya produksi.

c. Kesulitan Produksi Berkelanjutan 

Produksi terputus putus dapat menyulitkan pengelolaan produksi yang berkelanjutan dan memungkinkan lebih banyak kendali pada setiap tahapnya, sehingga pengelolaan alur produksi secara terus-menerus dapat menjadi tantangan bagi perusahaan. Kesulitan ini dapat mencakup perencanaan yang lebih kompleks, koordinasi yang lebih sulit antar tim atau departemen, dan analisis kinerja yang lebih rumit.

Kesulitan dalam mengelola produksi ini juga dapat memengaruhi fleksibilitas perusahaan dalam merespons perubahan pasar dengan cepat. Dalam situasi di mana perubahan yang mendadak diperlukan, discontinous production mungkin memerlukan penyesuaian yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi.

d. Risiko Gangguan dalam Rantai Pasok

Salah satu kelemahan signifikan dari discontinous production adalah risiko gangguan dalam rantai pasok. Pemisahan tahap produksi dapat membuat perusahaan lebih rentan terhadap masalah dalam pengadaan bahan baku atau komponen kritis. Jika satu pemasok mengalami masalah produksi atau distribusi, hal ini dapat menyebabkan gangguan pada seluruh rantai pasok dan menghentikan produksi di beberapa tahap.

Gangguan dalam rantai pasok juga dapat memicu efek domino. Jika satu tahap mengalami keterlambatan atau berhenti, hal itu dapat mempengaruhi seluruh produksi, dan mengakibatkan penumpukan stok, kehilangan waktu, dan meningkatkan biaya pengadaan darurat. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola risiko ini dengan perencanaan pasokan yang cermat dan diversifikasi pemasok.

e. Kesenjangan Kualitas Antar Tahap

Produksi terputus putus juga dapat menghadirkan kesenjangan kualitas antar tahap. Meskipun setiap tahap mungkin memiliki kontrol kualitas sendiri, perbedaan dalam proses produksi, peralatan, atau keterampilan tenaga kerja dapat mengakibatkan variasi kualitas antar produk setiap tahap. Hal ini dapat mempengaruhi konsistensi keseluruhan produk akhir dan memerlukan upaya tambahan untuk memastikan standar kualitas yang seragam.

Kesenjangan kualitas ini juga dapat menjadi tantangan dalam memenuhi standar industri atau persyaratan pelanggan. Perusahaan harus melakukan pengujian dan pengendalian kualitas yang ketat di setiap tahap untuk memastikan produk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Kesalahan atau ketidaksesuaian pada tahap awal dapat menyebabkan peningkatan biaya perbaikan atau penggantian pada tahap berikutnya.

3. Pengelolaan Produksi Terputus Putus

Dalam mengatasi berbagai kelemahan yang mungkin muncul dalam produksi terputus putus di bisnis manufaktur, pengelolaan produksi ini harus memiliki strategi pengeloolaan yang baik agar dapat memaksimalkan proses produksi yang mencapai efisiensi secara optimal. Langkah-langkah strategis dan solusi terencana dapat membantu perusahaan mengatasi tantangan dan risiko yang mungkin terjadi. Mari kita bahas apa saja strategi pengelolaan yang harus dilakukan dalam penerapan produksi ini!

a. Penggunaan Sistem Informasi Terintegrasi

Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi tantangan discontinous production adalah dengan penggunaan sistem informasi terintegrasi, salah satunya dengan penggunaan sistem ERP. Sistem ini dapat menyelaraskan dan menghubungkan setiap tahap produksi, mulai dari perencanaan hingga pelaporan, membantu menciptakan visibilitas yang lebih baik dan meningkatkan koordinasi antar departemen. 

Dengan integrasi sistem ERP, perusahaan dapat memantau stok secara real-time, merencanakan produksi dengan lebih akurat, dan meminimalkan waktu tunggu antar tahap. Selain itu, sistem juga membantu dalam manajemen kualitas dan memungkinkan perusahaan mendeteksi dan merespon perubahan atau masalah yang mungkin terjadi secara cepat. Hal ini dapat mengurangi risiko kesenjangan kualitas antar tahap dan memastikan standar kualitas yang seragam di seluruh alur produksi.

b. Teknologi Automasi dan Robotika

Penggunaan teknologi automasi dan robotika merupakan langkah lanjutan untuk meningkatkan pengelolaan discontinous production. Automasi dapat membantu mengatasi pemborosan waktu dan tenaga dengan menjalankan tugas-tugas repetitif dan monoton di setiap tahap produksi. Peralatan otomatis juga dapat bekerja tanpa henti, mengurangi waktu siklus produksi secara keseluruhan dan meningkatkan efisiensi operasional.

Robotika juga dapat digunakan untuk tugas-tugas yang membutuhkan presisi tinggi dan kecepatan tinggi. Misalnya, dalam perakitan produk, robot dapat memasang komponen dengan cepat dan akurat, mengurangi risiko kesalahan manusia dan meningkatkan konsistensi produk. Strategi penerapan automasi dan robotika ini harus mencakup rencana pelaksanaan yang terencana dengan baik dan evaluasi dampak jangka panjangnya terhadap tenaga kerja dan efisiensi produksi.

c. Implementasi Metode Just in Time

Metode Just in Time (JIT) dapat menjadi solusi untuk mengatasi kelemahan discontinous production terkait biaya overhead dan manajemen inventaris yang kompleks. JIT bertujuan untuk meminimalkan stok dan produksi berlebih dengan menyusun produksi agar sesuai dengan permintaan langsung. Dengan JIT, perusahaan hanya memproduksi apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan, mengurangi risiko kelebihan stok dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.

Selain itu, penerapan metode JIT juga dapat membantu mengatasi pemborosan waktu dan tenaga dengan fokus pada pengurangan waktu tunggu antar tahap produksi. Pemilihan pemasok yang dapat memberikan bahan baku sesuai permintaan juga menjadi kunci dalam penerapan JIT.

e. Implementasi Lean Manufacturing

Prinsip lean manufacturing adalah kerangka kerja yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola discontinous production. Prinsip ini menekankan eliminasi pemborosan dalam proses produksi, termasuk waktu tunggu, persediaan berlebih, dan gerakan yang tidak perlu. Dengan menerapkan lean manufacturing, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya overhead, dan meningkatkan responsibilitas karyawan terhadap kualitas produk.

Penerapan metode ini juga dapat membantu mengatasi risiko gangguan dalam rantai pasok dengan meminimalkan persediaan dan fokus pada produksi sesuai dengan permintaan aktual. Hal ini membantu mengurangi risiko stok usang atau ketidaksesuaian dengan perubahan dalam permintaan pasar.

4. Kesimpulan

Dalam artikel diatas, telah dibahas mengenai ciri ciri proses produksi terputus putus di bisnis manufaktur, kelemahan, dan pengelolaannya yang dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan produksi ini memiliki ciri khas yang dapat membantu perusahaan merancang strategi discontinous production yang sesuai dengan kebutuhan, menjadikannya lebih kompetitif di pasar yang terus berubah.

Selain itu, kita juga telah sebutkan kelemahan kelemahan sistem produksi terputus putus dalam manufaktur yang harus diperhatikan lebih baik dalam penerapannya. Dalam mengatasi berbagai kelemahan tersebut, perusahaan perlu strategi pengelolaan produksi yang terencana dan adaptif agar discontinous production dapat diimplementasikan dengan maksimal dalam bisnis manufaktur dalam jangka panjang. 

Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!

Dapatkan
Demo Gratis

Sampaikan kebutuhan bisnis Anda dan konsultasikan dengan tim ahli kami.

REKOMENDASI

Artikel Terkait

Apa itu BAF dan Cara Hitungnya di Proses Ekspor Impor?

  May 13, 2024        3 Min Read

Apa itu BAF dan Cara Hitungnya di Proses Ekspor Impor?

Bagaimana Cara Menghitung CIF dalam Ekspor dan Impor?

  May 13, 2024        3 Min Read

Bagaimana Cara Menghitung CIF dalam Ekspor dan Impor?

4 Keunggulan Aplikasi Hotel Terbaik ScaleOcean

  May 13, 2024        3 Min Read

4 Keunggulan Aplikasi Hotel Terbaik ScaleOcean

REKOMENDASI

Artikel Terkait