Dalam bisnis manufaktur, pemahaman terhadap biaya produksi adalah salah satu langkah strategis untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang. Biaya produksi tidak hanya menghitung jumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa, tapi juga menyangkut cara Anda mengalokasikan sumber daya dengan tepat, menentukan harga jual, hingga mengoptimalkan proses produksi.
Menganalisis dan memahami jenis biaya di akuntansi manufaktur, terutama produksi serta bagaimana masing-masing komponen dalam biaya ini berhubungan satu sama lain akan memudahkan bisnis manufaktur untuk membuat keputusan yang tepat dan strategis. Oleh karena itu, artikel ini disajikan untuk membantu Anda memahami lebih dalam jenis biaya produksi, unsur-unsurnya, serta contoh biaya produksi dalam skenario yang nyata dan sering ditemukan dalam banyak perusahaan.
1. Jenis Biaya Produksi
Dalam bisnis manufaktur, biaya produksi dapat dikategorikan menjadi lima jenis utama. Pengelompokkan ini tergantung dari sifat dan cara perhitungannya. Berikut pembahasan dari masing-masing jenis biaya produksi tersebut
a. Fixed Cost
Jenis biaya produksi yang pertama adalah biaya tetap. Biaya ini tidak berubah jumlahnya atau tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi. Artinya, ketika perusahaan memproduksi banyak atau sedikit barang, fixed cost akan tetap sama. Apa saja contohnya? Biaya sewa gedung pabrik, gaji manajer, dan biaya asuransi. Meskipun tidak ada produksi, biaya ini tetap harus dibayar oleh perusahaan.
b. Variable Cost
Berkebalikan dengan biaya tetap, jenis biaya produksi satu ini selalu berubah-ubah sesuai dengan volume produksi. Jika produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Beberapa contohnya adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi.
c. Marginal Cost
Sedangkan biaya marginal adalah perubahan biaya total ketika ada penambahan satu unit produksi tambahan. Sederhananya, jenis biaya produksi tersebut menunjukkan berapa biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit barang tambahan. Biaya ini perlu diketahui untuk mengukur efisiensi produksi dan sebagai dasar mengambil keputusan dalam meningkatkan volume produksi.
d. Average Cost
Jenis biaya produksi berikutnya adalah biaya rata-rata yang diperoleh dengan membagi biaya total dengan jumlah unit yang diproduksi. Hasil perhitungan ini mencerminkan biaya per unit produksi. Dengan mengetahui biaya rata-rata, Anda dapat menentukan harga jual yang tepat agar perusahaan memperoleh tingkat keuntungan yang diinginkan.
e. Total Cost
Terakhir, ada biaya total yang merupakan akumulasi dari semua biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Dalam perhitungannya, biaya ini diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel untuk volume produksi tertentu. Lalu apa manfaat menghitung jenis biaya produksi satu ini? Untuk mengetahui besarnya pengeluaran yang diperlukan bisnis manufaktur dalam menjalankan proses produksi.
2. Unsur unsur Biaya Produksi
Dalam menghitung biaya produksi di bisnis manufaktur, tentunya perlu mempertimbangkan beberapa komponen. Unsur unsur biaya produksi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan proses produksi dari perencanaan hingga eksekusi. Secara umum, ada tiga unsur utama yang perlu Anda perhatikan.
Pertama, ada bahan baku. Bahan baku sering menjadi komponen biaya produksi terbesar dalam bisnis manufaktur, tergantung dari sektor industrinya. Dalam sektor otomotif, misalnya, baja, karet, dan plastik. Contoh lainnya di industri pakaian, kain dan benang mungkin menjadi bahan baku utama dengan proporsi biaya yang lebih besar dibanding lainnya.
Unsur unsur biaya produksi selanjutnya adalah tenaga kerja. Unsur ini melibatkan semua biaya yang berkaitan dengan pekerja dalam proses produksi. Termasuk gaji, tunjangan, dan manfaat lainnya. Perlu diketahui, biaya tenaga kerja ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses produksi dan tenaga kerja tidak langsung seperti staf administrasi atau pemasaran yang mendukung proses produksi namun tidak terlibat langsung.
Unsur unsur biaya produksi selanjutnya adalah overhead pabrik yang mencakup semua biaya produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang telah disebutkan. Berarti bisa mencakup biaya penyusutan peralatan, sewa pabrik, utilitas seperti listrik dan air, serta bahan pendukung yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak menjadi bagian integral dari produk akhir.
3. Contoh Biaya Produksi di Manufaktur
Untuk memahami pembahasan di atas dengan lebih mudah, perhatikan contoh biaya produksi di bisnis manufaktur yang ada pada skenario berikut. Sebuah pabrik sepatu olahraga berencana memproduksi model sepatu olahraga terbaru. Untuk memastikan keberlanjutan operasional dan profitabilitas, pabrik ini memerlukan perhitungan rinci terkait biaya produksi yang diperlukan.
Kita perlu memperhatikan unsur unsur biaya produksi. Pertama ada bahan baku. Bahan baku yang diperlukan adalah kulit sintetis seharga Rp100.000 per meter dengan kebutuhan 1 meter untuk setiap pasang sepatu. Selanjutnya, sol karet yang harganya Rp50.000 per pasang, benang dan lem dengan biaya Rp20.000 per pasang sepatu, serta label dan aksesoris tambahan seperti tali sepatu yang memerlukan biaya Rp30.000 per pasang.
Kemudian, ada unsur tenaga kerja. Lini produksi bisnis manufaktur sepatu olahraga tersebut terdiri dari 5 pekerja dengan upah Rp150.000 per jam. Setiap pasang sepatu memerlukan waktu 1 jam untuk diproduksi. Selain itu, ada seorang supervisor dengan upah Rp250.000 per jam yang memastikan proses quality control berjalan sesuai standar perusahaan.
Nah, agar proses produksi berjalan optimal, setiap bulannya pabrik harus membayar sewa gedung sebesar Rp5.000.000. Biaya utilitas seperti listrik dan air mencapai Rp1.000.000 per bulan. Penyusutan mesin produksi diperkirakan Rp500.000 per bulan dan biaya pemeliharaan mesin adalah Rp200.000 per bulan.
Yuk, kita coba identifikasi jenis biaya produksi dari skenario di atas. Mari mulai dari biaya tetap. Seperti pembahasan sebelumnya, biaya ini tidak berubah meskipun volume produksi berubah. Jadi, berdasarkan contoh biaya produksi di atas, maka biaya tetap meliputi sewa gedung, utilitas, penyusutan mesin, dan biaya pemeliharaan mesin secara rutin.
Berikutnya untuk biaya variabel yang dapat berubah-ubah sesuai dengan volume produksi. Dalam skenario di atas, meliputi biaya bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan ketika memproduksi satu unit tambahan. Mari kita asumsikan produksi 101 pasang sepatu memiliki biaya tambahan Rp1.220.000. Maka, marginal cost adalah Rp20.000.
Kemudian total biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh bisnis manufaktur sepatu olahraga tersebut. Sedangkan untuk biaya rata-rata diperoleh dari total biaya dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan memahami setiap jenis biaya produksi ini, bisnis manufaktur tersebut dapat mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat, seperti penetapan harga jual, analisis break even point, dan strategi produksi jangka panjang.
4. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bisnis manufaktur memerlukan pemahaman mendalam mengenai berbagai jenis biaya produksi untuk mengoptimalkan keuntungan dan efisiensi operasional. Masing-masing memiliki karakteristik dan metode perhitungan tersendiri, yang membantu dalam pengambilan keputusan bisnis seperti penetapan harga jual dan analisis break even point.
Selain itu, ada unsur unsur biaya produksi yang juga perlu dipertimbangkan. Di antaranya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Ketiga unsur ini menjadi dasar dalam perencanaan dan eksekusi proses produksi. Contoh biaya produksi dari pabrik sepatu olahraga di atas juga menunjukkan bagaimana perusahaan memerlukan perhitungan rinci terkait biaya ini untuk memastikan keberlanjutan operasional dan profitabilitas.