Return on Asset adalah salah satu indikator penting dalam menilai efisiensi penggunaan aset sebuah perusahaan. ROA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba lebih besar dengan aset yang dimiliki, sehingga memberikan gambaran positif kepada investor dan manajemen.
Sekitar 40% perusahaan mengalami penurunan akurasi dalam perhitungan ROA akibat fluktuasi nilai aset yang berubah secara signifikan. Tingkat rasio yang buruk dalam jangka panjang akan memberi efek yang fatal pada kelangsungan bisnis. Ketika rasio terus-menerus rendah, dapat menandakan perusahaan tidak dapat menghasilkan laba yang cukup untuk menutupi investasi dalam aset.
Sebagai pebisnis, penting untuk mengetahui apa saja unsur pembentuk, hal yang mempengaruhi, dan cara menghitung ROA yang tepat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan Anda. Di artikel ini akan dibahas secara detail mengenai return on asset yang membantu Anda meningkatkan efektivitas dalam perencanaan keuangan bisnis.
1. Apa itu Return on Assets?
ROA adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Return of Asset menunjukkan persentase profitabilitas yang diperoleh dari total aset yang dimiliki perusahaan.
Secara umum, ROA dengan persentase lebih dari 5% telah dianggap baik dan di atas 20 % sangat baik. Semakin tinggi nilai rasio, semakin efisien penggunaan aset dalam menghasilkan laba. Return on assets sangat berguna bagi investor dan manajemen perusahaan untuk menilai kinerja operasional
Secara keseluruhan, return of asset adalah metrik kunci untuk menganalisis bagaimana aset perusahaan berkontribusi pada keuntungan. Namun harus digunakan bersama dengan rasio keuangan lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja keuangan perusahaan.
2. Fungsi ROA
Selain sebagai indikator penting yang membantu perusahaan dan investor, ROA juga berperan penting untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja perusahaan. Berikut adalah beberapa fungsi lain ROA dalam laporan keuangan:
a. Mengidentifikasi Area Perbaikan
Indikator keuangan ini membantu perusahaan menemukan area yang membutuhkan perbaikan. Dengan mengukur efisiensi penggunaan aset, perusahaan dapat mengetahui bagian mana yang kurang optimal dan memerlukan penyesuaian. Hasilnya, manajemen dapat mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan kinerja operasional.
b. Memaksimalkan Profitabilitas Bisnis
Dengan menganalisis ROA, perusahaan dapat fokus pada langkah-langkah untuk memaksimalkan profitabilitas. Rasio yang tinggi menunjukkan aset perusahaan digunakan secara efisien untuk menghasilkan laba. Hal ini memungkinkan perusahaan menyusun strategi yang lebih baik untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan laba.
c. Mengoptimalisasi Alokasi Aset
Penggunaan ROA juga dapat menentukan alokasi aset yang lebih efisien. Dengan dukungan sistem manajemen aset bisnis, perusahaan dapat mengelola aset secara optimal, menghindari pemborosan, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya. Solusi digital tersebut membantu mengidentifikasi aset yang kurang produktif dan meningkatkan efisiensi bisnis.
d. Mengevaluasi Proyek Investasi
Sebelum memulai proyek baru, perusahaan dapat menghitung perkiraan rasio tersebut untuk memahami apakah aset yang diinvestasikan akan memberikan laba yang memadai. Hal ini membantu menghindari investasi dalam proyek yang kurang menguntungkan dan memastikan pengembalian yang optimal.
3. Unsur Pembentuk ROA
Return on Assets terbentuk dari beberapa unsur penting yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Memahami elemen ini membantu perusahaan mengevaluasi bagaimana setiap faktor berkontribusi terhadap profitabilitas secara keseluruhan. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur komponennya:
a. Laba (Profit)
Laba adalah elemen utama cara menghitung ROA karena mewakili keuntungan bersih yang dihasilkan perusahaan setelah semua biaya dikeluarkan. Semakin tinggi laba, semakin baik indikator perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan aset telah digunakan secara efisien untuk menghasilkan profit.
b. Rugi (Loss)
Sebagai komponen kebalikan dari laba, kerugian terjadi ketika biaya perusahaan melebihi pendapatan. Rugi secara langsung mempengaruhi ROA dengan menurunkan efisiensi penggunaan aset, mencerminkan kinerja keuangan yang buruk dan perlunya perbaikan strategi operasional atau manajemen aset.
c. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa. Pendapatan yang tinggi berkontribusi pada peningkatan laba bersih, yang akan meningkatkan ROA. Komponen ini faktor penting dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan aset untuk penjualan.
d. Beban (Expense)
Beban adalah semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam operasional sehari-hari. Beban yang tinggi tanpa diimbangi dengan pendapatan yang seimbang dapat mengurangi laba bersih dan menurunkan ROA. Mengelola beban dengan baik adalah kunci untuk menjaga profitabilitas perusahaan.
e. Biaya Operasional (Operating Costs)
Biaya operasional mencakup pengeluaran terkait produksi dan distribusi. Biaya ini harus dikelola dengan efisien agar tidak mempengaruhi laba perusahaan. Melalui analisis cermat terhadap contoh laporan biaya operasional, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang dapat dioptimalkan. Dengan menekan biaya operasional tanpa mengurangi kualitas, bisnis dapat meningkatkan laba bersih, yang berkontribusi pada perbaikan Return on Assets (ROA).
4. Hal yang Mempengaruhi ROA
ROA dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mencerminkan efisiensi penggunaan aset. Faktor ini tidak hanya mencerminkan kinerja keuangan namun juga seberapa cepat perusahaan mengelola arus kas, piutang, dan persediaan. Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi ROA.
a. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Perputaran kas menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan kas. Tingginya perputaran kas mencerminkan pengelolaan yang baik dalam mengubah aset likuid menjadi pendapatan. Hal ini turut membantu perusahaan memaksimalkan penggunaan dana untuk menghasilkan keuntungan.
b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Perputaran piutang mengukur seberapa cepat perusahaan menagih pembayaran dari pelanggan. Semakin tinggi rasio perputaran piutang, semakin cepat perusahaan menerima uang tunai dari penjualan kredit. Hal ini berkontribusi pada peningkatan ROA karena membantu menjaga stabilitas arus kas.
c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Berikutnya, inventory turnover menunjukkan seberapa cepat persediaan barang diubah menjadi penjualan. Rasio tinggi mengindikasikan produk terjual cepat sehingga meningkatkan pendapatan dan profit. Hal ini secara positif mempengaruhi ROA karena aset tidak terjebak dalam bentuk barang yang tidak terjual.
5. Kelebihan ROA
Sebagai salah satu indikator, ROA sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas manajemen aset dalam menghasilkan laba. ROA memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya penting bagi perusahaan, investor, dan analis keuangan. Berikut adalah beberapa kelebihan indikator keuangan ini:
a. Mengukur Efisiensi Penggunaan Aset
ROA secara langsung mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aset untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi indikator, semakin baik perusahaan dalam mengoptimalkan aset yang dimiliki. Hal ini penting untuk memahami efektivitas operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
b. Alat Perbandingan Kinerja Keuangan
Meskipun memiliki skala aset yang berbeda, ROA membantu menentukan perusahaan mana yang lebih efisien dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba. Hal ini menjadikan indikator tersebut sebagai alat yang berguna bagi investor dalam mengevaluasi pilihan investasi.
c. Membantu Pengambilan Keputusan Investasi
ROA sangat berguna bagi investor dalam menilai potensi keuntungan dari suatu investasi. Dengan melihat ROA, investor dapat memahami apakah perusahaan menggunakan asetnya dengan baik untuk menghasilkan laba, sehingga membantu menentukan apakah investasi tersebut layak dilakukan atau tidak.
6. Kekurangan ROA
Meskipun indikator tersebut sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Beberapa faktor seperti depresiasi aset dan distorsi data dapat mempengaruhi keakuratan ROA. Berikut adalah kekurangan utama dalam penggunaanya.
a. Dipengaruhi Depresiasi Aset
ROA sangat dipengaruhi oleh depresiasi aset, terutama dalam industri yang menggunakan aset fisik bernilai tinggi. Karena depresiasi dapat mengurangi nilai aset secara signifikan, hal ini dapat memberikan gambaran yang tidak akurat mengenai efisiensi penggunaan aset perusahaan.
b. Tingkat Distorsi Cukup Tinggi
ROA memberikan distorsi pada hasil analisis, terutama jika perusahaan memiliki kebijakan akuntansi yang berbeda, seperti metode pencatatan aset. Perbedaan dalam penghitungan tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir, membuat perbandingan antar perusahaan atau periode waktu menjadi kurang tepat.
c. Tidak Mempertimbangkan Sumber Pendanaan
ROA tidak memperhitungkan bagaimana perusahaan didanai, baik melalui ekuitas atau utang. Hal ini menjadi kekurangan karena perusahaan dengan tingkat utang tinggi mungkin tampak lebih efisien dari sisi ROA, meskipun risiko keuangannya lebih tinggi.
7. Cara Menghitung ROA
Seperti penjelasan sebelumnya, pengertian ROA adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total asetnya. Untuk menghitungnya, terdapat beberapa tahapan yang harus diikuti. Berikut adalah cara menghitung ROA secara terperinci:
a. Kumpulkan Data Keuangan
Kumpulkan laporan keuangan perusahaan, khususnya laporan laba rugi untuk mengetahui laba bersih dan neraca untuk mengetahui total aset. Laba bersih adalah keuntungan setelah pajak, sedangkan total aset mencakup semua aset yang dimiliki perusahaan, baik aset tetap maupun aset lancar.
b. Hitung Laba Bersih
Setelah mendapatkan laporan laba rugi, hitung laba bersih. Hal ini adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah semua biaya operasional, bunga, pajak, dan biaya lainnya dikurangi. Laba bersih menjadi angka yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan.
c. Tentukan Total Aset
Dari laporan neraca, tentukan total aset perusahaan. Perbedaan aset dan inventaris penting dipahami saat menentukan total aset. Total aset mencakup semua aset yang dimiliki, baik itu aset tetap seperti tanah dan mesin, maupun aset lancar seperti kas dan piutang.
d. Contoh Rumus ROA
Setelah mengetahui laba bersih dan total aset, ROA dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan total asetnya, kemudian dikalikan 100 untuk mendapatkan persentase. Berikut adalah rumus ROA:
Agar lebih tergambarkan, simak contoh berikut ini. Misalnya terdapat sebuah perusahaan elektronik, TechZone, melaporkan laba bersih sebesar Rp500 juta pada akhir tahun fiskal. Perusahaan ini memiliki total aset sebesar Rp5 miliar, yang mencakup bangunan toko, persediaan barang, dan aset tetap lainnya.
Hasilnya, diperoleh ROA TechZone sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp1 yang diinvestasikan dalam aset, TechZone menghasilkan Rp0,10 laba. Dengan ROA sebesar 10%, TechZone dapat dinilai sebagai bisnis yang cukup efisien dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba.
Untuk mempermudah perhitungan ROA, Anda dapat menggunakan Software Asset Management ScaleOcean yang dapat membantu melacak dan mengelola aset secara efisien. Dengan coba demo gratis ScaleOcean, Anda dapat memastikan kemudahan manajemen aset yang lebih teratur.
8. Kesimpulan
Secara keseluruhan, return on assets adalah indikator penting yang membantu perusahaan mengevaluasi efisiensi penggunaan aset dalam menghasilkan laba. Menghitung ROA dengan benar membutuhkan pemahaman menyeluruh mengenai laporan keuangan, termasuk laba bersih dan total aset.
Untuk itu, permudah perhitungan ROA bisnis Anda dengan Software Asset Management ScaleOcean. Dengan sistem yang terintegrasi dan data yang akurat, Anda dapat meningkatkan efisiensi aset dan mendukung keputusan bisnis yang lebih tepat. Coba demo gratis sekarang dan optimalkan manajemen aset Anda!