Tahukah Anda bahwa pengelolaan persediaan dapat memengaruhi kelancaran operasional dan profitabilitas perusahaan? Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menciptakan efisiensi pengelolaan stok adalah metode FIFO (First In, First Out). Metode ini mengurangi risiko kehilangan barang kedaluwarsa dengan prinsip sederhana bahwa barang yang pertama kali masuk akan menjadi yang pertama kali digunakan.
Selain membantu menjaga kualitas produk yang tersedia, FIFO juga mempermudah perusahaan dalam memperkirakan nilai persediaan dengan lebih akurat. Dengan pengelolaan yang optimal, metode ini mampu memberikan manfaat nyata bagi bisnis Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh tentang metode FIFO, mulai dari rumus FIFO hingga tips penerapannya untuk mendukung kebutuhan operasional perusahaan.
1. Apa itu FIFO?
Metode FIFO (First In, First Out) adalah salah satu metode manajemen persediaan yang mengutamakan prinsip bahwa barang atau bahan yang pertama kali masuk ke gudang akan menjadi yang pertama kali digunakan atau dijual. Pendekatan ini dirancang untuk mengurangi risiko barang kedaluwarsa atau usang, terutama pada produk yang memiliki masa simpan terbatas, seperti makanan, obat-obatan, dan barang konsumsi lainnya.
Dalam penerapannya, barang baru pada umumnya ditempatkan di belakang stok lama agar alur keluar-masuk barang berjalan sesuai urutan. Selain itu, penerapan metode FIFO tidak hanya mempermudah perusahaan dalam menghitung nilai persediaan secara akurat, tetapi juga membantu mengelola biaya dengan lebih efisien dan mendukung pengambilan keputusan strategis dalam operasional bisnis.
2. Penerapan FIFO dalam Bisnis
Metode FIFO (First In, First Out) banyak diterapkan dalam industri dengan produk berumur simpan terbatas, seperti makanan, minuman, dan farmasi. Dalam industri makanan dan minuman, metode ini digunakan agar produk yang pertama kali diproduksi atau diterima dijual terlebih dahulu, sehingga mengurangi adanya produk kedaluwarsa dan menjaga kualitas produk. Demikian pula, di sektor farmasi, FIFO membantu memastikan obat-obatan yang lebih lama disimpan digunakan atau dijual sebelum yang lebih baru, untuk menjaga efektivitas dan keamanan produk.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang berhasil menerapkan metode First In, First Out (FIFO) adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Perusahaan ini, yang bergerak dalam bidang konstruksi, telah mengimplementasikan sistem FIFO dalam pengelolaan persediaan bahan bangunan. Dengan menggunakan metode ini, PT Wijaya Karya dapat memastikan bahwa bahan bangunan yang lebih dulu diterima akan digunakan terlebih dahulu, sehingga mengurangi risiko kerusakan dan pemborosan.
Penerapan FIFO di perusahaan ini juga didukung oleh sistem manajemen berbasis web yang memudahkan pengelolaan stok secara real-time dan akurat. Seperti dijelaskan dalam laporan resmi mereka, di mana software inventory dapat membantu perusahaan untuk memantau stok dan mencegah penumpukan barang yang tidak diperlukan.
3. Permasalahan Umum dalam Implementasi FIFO
Implementasi metode FIFO sering kali menghadapi berbagai tantangan yang dapat memengaruhi efektivitasnya. Faktor seperti pengelolaan stok yang tidak optimal hingga kesalahan pencatatan sering menjadi kendala utama yang perlu diatasi agar FIFO dapat diterapkan secara maksimal.
a. Pengelolaan Stok yang Tidak Teratur
Tantangan utama dalam penerapan FIFO adalah pengelolaan stok yang tidak teratur, seperti penempatan barang yang salah. Hal ini dapat menyebabkan barang lama tertinggal dan tidak terpakai. Solusi efektif adalah menerapkan sistem rotasi stok yang ketat dan menggunakan perangkat lunak untuk memantau pergerakan barang secara real-time.
b. Kesalahan Pencatatan Data Persediaan
Kesalahan pencatatan sering terjadi karena proses manual yang rentan terhadap human error. Akibatnya, nilai persediaan menjadi tidak akurat. Perusahaan dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan otomatisasi dalam pencatatan data, menggunakan inventory management yang dirancang untuk mendukung metode FIFO.
c. Kurangnya Pelatihan Karyawan
Ketidakpahaman karyawan terhadap prosedur FIFO dapat menyebabkan penerapan yang kurang tepat. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu menyediakan pelatihan rutin dan panduan kerja yang jelas, agar semua staf bisa memahami pentingnya FIFO serta cara menerapkannya secara efektif dalam operasional sehari-hari.
d. Kendala Infrastruktur dan Teknologi
Beberapa perusahaan menghadapi kendala infrastruktur yang kurang memadai, seperti ruang penyimpanan yang tidak sesuai atau tidak adanya teknologi pendukung. Solusi terbaik adalah meningkatkan kapasitas gudang dan menginvestasikan teknologi seperti barcode atau RFID untuk memantau stok dengan lebih efisien.
4. Rumus FIFO
Pada metode FIFO, barang yang pertama kali masuk ke persediaan dianggap sebagai barang yang pertama kali dijual. Oleh karena itu, harga barang yang pertama kali masuk harus digunakan untuk menghitung biaya barang yang dijual. Pada dasarnya, rumus FIFO sangat sederhana, yaitu:
- Biaya Barang yang Dijual = (Jumlah Barang yang Dijual) x (Harga Barang Pertama Kali Masuk)
- Nilai Persediaan Akhir = (Jumlah Barang yang Tersisa) x (Harga Barang Terakhir Kali Masuk)
Perusahaan perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi perhitungan FIFO, seperti diskon, penukaran barang, dan kenaikan harga. Dalam situasi tersebut, pencatatan yang tepat dan pengawasan harga barang menjadi hal penting untuk memastikan perhitungan persediaan yang akurat.
Pada kasus diskon, biaya barang yang dijual harus dihitung dengan mempertimbangkan potongan harga. Untuk penukaran barang, nilai barang pengganti perlu dimasukkan dalam perhitungan rumus FIFO. Sementara itu, dalam kasus kenaikan harga, penting untuk menggunakan nilai barang terbaru dan memastikan pencatatan persediaan sesuai dengan harga terkini. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini dan menerapkan rumus FIFO yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan persediaan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional dan keuntungan.
5. Contoh Perhitungan FIFO
Setelah memahami rumus FIFO, berikut contoh kasus perhitungan detail untuk membantu menghitung biaya barang terjual dan nilai persediaan akhir. Contoh ini mencakup penerapan pada situasi seperti diskon, penukaran barang, dan kenaikan harga, sehingga Anda lebih memahami penerapan rumus FIFO dalam berbagai kondisi.
a. Barang yang Dijual dan Persediaan Akhir
Untuk menghitung biaya barang yang dijual dan nilai persediaan akhir dengan rumus FIFO, kita akan mengikuti urutan penerimaan barang. Mari kita lihat contoh kasus berikut. Pengiriman pertama terdiri dari 100 unit barang dengan harga Rp10.000 per unit, lalu yang kedua terdiri dari 200 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit, dan pengiriman ketiga berisi 150 unit dengan harga masing-masingnya Rp13.000. Dalam bulan Januari, perusahaan menjual total 280 unit barang. Maka, biaya barang yang dijual dapat dihitung sebagai berikut:
- Pertama, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman pada tanggal 1 Januari, biaya barang yang dijual dari pengiriman pertama adalah:
100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000 - Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman 10 Januari, biaya penjualannya adalah:
280 unit – 100 unit = 180 unit
180 unit x Rp12.000 = Rp2.160.000 - Jadi, total biaya persediaan yang dijual:
Rp1.000.000 (pengiriman pertama) + Rp2.160.000 (pengiriman kedua) = Rp3.160.000 - Lalu, bagaimana cara menghitung persediaan akhir? Caranya adalah dengan menghitung total harga dari barang yang terakhir kali dikirimkan, yaitu pengiriman pada tanggal 20 Januari.
150 unit x Rp13.000 = Rp1.950.000
Untuk memudahkan penerapan metode FIFO di gudang dan mengurangi risiko human error, pertimbangkan untuk menggunakan software inventory yang dirancang khusus untuk manajemen gudang. Solusi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memastikan akurasi data persediaan, sehingga Anda dapat fokus pada pengelolaan strategi bisnis yang lebih efektif.
b. Kasus Persediaan yang Berubah-Rubah
Contoh perhitungan rumus FIFO yang telah dijelaskan di atas cukup sederhana karena hanya melibatkan tiga pengiriman barang yang berbeda. Namun, dalam kenyataannya, persediaan barang di dalam perusahaan dapat berubah-rubah dalam jumlah dan harga. Berikut adalah contoh perhitungan rumus FIFO dalam kasus persediaan yang mengalami perubahan:
Kasusnya adalah Anda melakukan pengadaan sebanyak 100 unit barang di tanggal 1 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Ternyata pada tanggal 10 Januari, Anda membeli lagi sebanyak 200 unit dengan masing-masing harganya Rp12.000. Adanya lonjakan permintaan mengharuskan Anda melakukan purchasing pada 20 Januari sebesar 15 unit dengan harga Rp13.000 per barang.
Pada bulan Februari Anda melakukan procurement sebanyak 3 kali yaitu, tanggal 1 sebanyak 50 unit @ Rp14.000 per unit, tanggal 10 sebesar 100 unit @ Rp12.500 per unit, dan tanggal 20 sebanyak 200 unit @ Rp13.500 per unit. Dalam bulan Januari dan Februari, perusahaan menjual total 500 unit barang. Jadi bagaimana cara perhitungannya?
- Pertama, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman 1 Januari, biaya barang yang dijual dari pengiriman pertama:
100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000 - Kedua, kita akan mengambil semua 200 unit dari pengiriman kedua, sisa unit yang perlu diambil adalah:
500 unit – 100 unit = 400 unit
200 unit x Rp12.000 = Rp2.400.000 - Ketiga, kita akan mengambil 50 unit dari pengiriman 20 Januari dengan harga Rp13.000 dan 150 unit dari pengiriman keempat dengan harga Rp14.000:
50 unit x Rp13.000 = Rp650.000
150 unit x Rp14.000 = Rp2.100.000 - Total biaya persediaan yang dijual:
Rp1.000.000 + Rp2.400.000 + Rp650.000 + Rp2.100.000 = Rp6.150.000 - Terakhir, nilai persediaan akhir dihitung dengan harga barang terakhir kali masuk, jadi:
50 unit x Rp13.500 = Rp675.000 (dari pengiriman kelima)
50 unit x Rp14.000 = Rp700.000 (dari pengiriman keempat)
Total persediaan akhir: Rp675.000 + Rp700.000 = Rp1.375.000
c. Barang Diskon
Misalkan Anda beli 100 unit barang pada tanggal 15 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 25 Januari, pemasok memberikan diskon 10% pada 50 unit barang. Kemudian, pada tanggal 30 Januari, perusahaan membeli 150 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 200 unit barang.
- Pertama, kita akan mengambil 50 unit barang dengan harga diskon dari pengiriman pertama:
50 unit x Rp9.000 (diskon 10%) = Rp450.000 - Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman pertama:
100 unit – 50 unit = 50 unit - Kedua, kita akan mengambil semua 150 unit dari pengiriman ketiga:
150 unit x Rp12.000 = Rp1.800.000 - Total biaya barang yang dijual:
Rp450.000 + Rp1.800.000 = Rp2.250.000 - Ketiga, kita akan menghitung nilai persediaan akhir dengan harga barang terakhir kali masuk:
50 unit x Rp12.000 = Rp600.000 (dari pengiriman ketiga)
100 unit x Rp12.000 = Rp1.200.000 (dari pengiriman ketiga)
Total nilai persediaan akhir: Rp600.000 + Rp1.200.000 = Rp1.800.000
d. Kasus Barang yang Ditukar
Contohnya, perusahaan membeli 100 unit barang pada tanggal 1 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 15 Januari, perusahaan menukar 50 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Kemudian, pada tanggal 25 Januari, bisnis Anda membeli 150 unit barang dengan harga Rp13.000 per unit. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 200 unit barang.
- Kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman pertama:
100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000 - Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman kedua:
200 unit – 100 unit = 100 unit
100 unit – 50 unit = 50 unit
50 unit x Rp12.000 = Rp600.000 - Ketiga, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman ketiga:
100 unit x Rp13.000 = Rp1.300.000 - Total biaya barang yang dijual:
Rp1.000.000 + Rp600.000 + Rp1.300.000 = Rp2.900.000 - Nilai persediaan akhir:
50 unit x Rp13.000 = Rp650.000 (dari pengiriman ketiga)
e. Kenaikan Harga
Misalkan perusahaan membeli 100 unit barang pada tanggal 10 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 20 Januari, perusahaan membeli 200 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Harga barang naik menjadi Rp15.000 per unit pada tanggal 25 Januari, dan perusahaan membeli tambahan 150 unit barang. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 250 unit barang.
- Cara pertama, Anda harus mengambil 100 unit dari pengiriman pertama, jadi biaya barang yang dijual Adalah:
100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000 - Lalu, Anda perlu tambahan 200 unit dari pengiriman berikutnya:
250 unit – 100 unit = 150 unit
200 unit x Rp12.000 = Rp2.400.000 - Terakhir, Anda akan mengambil 50 unit dari pengiriman ketiga dengan harga lama dan 100 unit dari pengiriman keempat dengan harga baru:
50 unit x Rp12.000 = Rp600.000
100 unit x Rp15.000 = Rp1.500.000 - Total biaya barang yang dijual:
Rp1.000.000 + Rp2.400.000 + Rp600.000 + Rp1.500.000 = Rp5.500.000 - Lalu, hitung nilai persediaan akhir dengan harga barang terakhir kali masuk:
50 unit x Rp15.000 = Rp750.000 (dari pengiriman keempat)
100 unit x Rp15.000 = Rp1.500.000 (dari pengiriman keempat)
Total nilai persediaan akhir: Rp750.000 + Rp1.500.000 = Rp2.250.000
6. Optimalkan Penerapan FIFO dengan ScaleOcean Inventory Software
FIFO (First In, First Out) adalah salah satu metode pencatatan persediaan yang paling populer dalam akuntansi, namun penerapannya secara manual dapat menjadi tantangan. Kesulitan ini terutama dirasakan saat mengelola volume stok yang besar atau kompleksitas data yang tinggi, sehingga berisiko mengurangi efisiensi dan akurasi.
Untuk mengatasinya, ScaleOcean menawarkan software manajemen inventaris yang dirancang untuk menyederhanakan penerapan metode FIFO dan meningkatkan pengelolaan stok Anda. Software ini menghadirkan fitur unggulan seperti:
- Stock Forecasting: Prediksi kebutuhan stok berdasarkan data historis dan tren.
- Run Rate Reordering Rules: Pengaturan waktu optimal untuk pemesanan ulang.
- Quality Control Management: Memastikan kualitas barang yang masuk sesuai standar.
- Racking Capacity Management: Optimalisasi ruang penyimpanan dengan strategi penempatan.
Dengan solusi ini, bisnis Anda dapat mengelola stok lebih efisien, mencegah terjadinya overstock atau kekurangan barang, serta meningkatkan akurasi pencatatan. Fleksibilitas kustomisasi, integrasi modul yang seamless, dan kompatibilitas luas menjadikan ScaleOcean pilihan yang tepat untuk mendukung kebutuhan bisnis Anda.
Selain itu, software inventory ScaleOcean juga bisa diintegrasikan ke software akuntansi agar proses penghitungan FIFO lebih akurat. Perangkat lunak ini dapat mengoptimalkan manajemen gudang secara menyeluruh, yang mencakup pengaturan penyimpanan, pemrosesan pesanan, hingga pelacakan distribusi barang. Dengan kemampuan mengelola seluruh proses bisnis end-to-end, solusi ini memastikan efisiensi operasional sekaligus memberikan visibilitas penuh terhadap inventory perusahaan Anda.
7. Kesimpulan
Metode FIFO merupakan salah satu pendekatan pengendalian persediaan yang paling umum diterapkan oleh perusahaan. Metode ini mengacu pada prinsip bahwa barang yang pertama kali masuk ke dalam persediaan akan menjadi yang pertama kali dikeluarkan. Dalam penerapannya, penting untuk memastikan perputaran barang yang optimal dan mencatat persediaan secara akurat untuk mendukung operasional bisnis.
Dengan pemahaman yang baik dan penerapan metode ini secara efektif, perusahaan dapat mengelola persediaan secara lebih efisien, mengurangi potensi kerugian, serta meningkatkan profitabilitas. Implementasi teknologi seperti software inventory juga membantu memantau perputaran stok secara real-time untuk mendukung keputusan bisnis yang lebih akurat. Untuk kemudahan pengelolaan persediaan yang lebih praktis, Anda dapat mencoba demo gratis software inventory kami dan menjelajahi berbagai manfaat yang ditawarkan.