Rumus Marginal Cost dan Cara Hitungnya di Manufaktur

ScaleOcean Team

Bagi perusahaan manufaktur, pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan dan pertumbuhan bisnis. Salah satu konsep penting yang harus dipahami adalah marginal cost. Biaya ini mencerminkan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit produk tambahan.

Dengan mengetahui rumus marginal cost dan cara hitungnya, perusahaan bisa lebih strategi dalam menetapkan harga produk, penentuan skala produksi, hingga analisis keuntungan. Lalu, bagaimana rumus tersebut? Dalam artikel ini akan dibahas lebih detail bahkan disertai contoh skenario sederhananya untuk membantu Anda mendapatkan gambaran yang lebih konkrit.

1. Apa itu Marginal Cost di Manufaktur?

Marginal cost atau biaya marginal dalam perusahaan manufaktur adalah istilah untuk menyebut biaya tambahan yang dikeluarkan saat memproduksi satu unit tambahan produk. Perhitungannya mencakup semua biaya variabel, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan biaya operasional lain yang dapat berubah seiring dengan volume produksi.

Lalu mengapa perusahaan manufaktur perlu memahami marginal cost rumus? Karena berperan langsung dalam menentukan harga jual, skala produksi, dan keuntungan bisnis. Pemahaman ini juga membantu dalam mengidentifikasi break-even point dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan menghentikan atau melanjutkan produksi suatu produk.

Selain itu, dengan memahami biaya untuk produksi tambahan, Anda bisa mengelola sumber daya dengan lebih baik, mengurangi pemborosan, dan mengatur volume produksi agar sesuai dengan permintaan pasar. Keseluruhan upaya tersebut akhirnya mampu meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.

2. Contoh Marginal Cost pada Manufaktur

Mari kita ambil contoh sebuah pabrik untuk pembuatan lampu meja. Biaya tetap pabrik tersebut, yang termasuk sewa gedung, gaji staf administrasi, dan asuransi adalah Rp100.000.000 per bulan, tidak tergantung pada berapa banyak lampu yang diproduksi. Biaya variabel untuk membuat satu lampu meja, yang mencakup bahan baku seperti kabel, bola lampu, dan tenaga kerja langsung, adalah Rp150.000 per lampu.

Dalam skenario ini, pabrik memutuskan meningkatkan produksi dari 1.000 lampu menjadi 1.001 lampu dalam satu bulan. Untuk membuat lampu ke-1.001, pabrik perlu membeli bahan baku tambahan dan mungkin juga perlu membayar lembur untuk pekerjanya, sehingga total biaya tambahan adalah Rp200.000. Biaya tambahan Rp200.000 inilah yang merupakan biaya marginal untuk memproduksi satu unit lampu tambahan.

Paham marginal cost rumus sangat penting bagi pabrik. Jika harga jual satu lampu Rp300.000, maka produksi lampu ke-1.001 menghasilkan pendapatan tambahan yang lebih dari biaya marginalnya. Artinya, peningkatan produksi berkontribusi pada profit margin pabrik. Namun, jika biaya marginal ini meningkat signifikan, misalnya karena kenaikan harga bahan baku atau biaya tenaga kerja, pabrik harus mengevaluasi kembali apakah peningkatan produksi masih menguntungkan.

3. Rumus Marginal Cost

Dari pembahasan di atas dapat dilihat ternyata memahami rumus menghitung marginal cost sangat diperlukan untuk keberlangsungan bisnis. Rumus dasarnya adalah perubahan dalam total biaya dibagi dengan perubahan dalam jumlah output. Secara matematis, ini ditulis sebagai:

Rumus marginal cost

Dengan MC adalah marginal cost, ΔTC adalah perubahan total biaya, yang mencakup baik biaya tetap maupun biaya variabel, serta ΔQ adalah perubahan dalam jumlah unit yang diproduksi. Rumus ini diperlukan untuk tahu bagaimana biaya total berubah dengan perubahan dalam level produksi.

Komponen utama dalam rumus marginal cost adalah paham apa itu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah dengan perubahan volume produksi, seperti sewa, gaji manajemen, dan asuransi. Sementara, biaya variabel berubah seiring dengan volume produksi, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya utilitas yang berhubungan dengan produksi.

Perubahan total biaya dalam marginal cost rumus mencakup kedua jenis biaya ini saat volume produksi berubah. Dengan memahami komponen-komponen ini, rumus marginal cost membantu perusahaan manufaktur mengidentifikasi biaya tambahan untuk setiap unit tambahan yang diproduksi, yang diperlukan dalam pengambilan keputusan produksi dan penetapan harga.

4. Contoh Menghitung Marginal Cost

Yuk, kita pahami rumus menghitung marginal cost dengan lebih baik melalui skenario pabrik yang memproduksi botol plastik. Pabrik ini memiliki biaya tetap bulanan sebesar Rp50.000.000, mencakup sewa pabrik, gaji untuk staf administratif, dan biaya amortisasi mesin. Biaya variabel untuk memproduksi satu botol plastik, termasuk bahan baku plastik, tenaga kerja langsung, dan biaya listrik untuk menjalankan mesin adalah Rp500 per botol.

Rencananya, di bulan berikutnya pabrik ini memutuskan meningkatkan produksi dari 100.000 botol menjadi 100.500 botol. Pertama, kita hitung dulu total biaya untuk memproduksi 100.000 botol. Di awal diketahui total biaya tetap adalah Rp50.000.000. Sedangkan total biaya variabel adalah:

Rumus menghitung marginal cost

Maka untuk menghasilkan 100.000 botol plastik, perusahaan manufaktur ini perlu mengeluarkan total biaya, yaitu penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, sebesar Rp100.000.000. Setelah meningkatkan kapasitas produksi menjadi 100.500 botol, total biaya yang dikeluarkan menjadi Rp100.250.000.

Untuk menghitung biaya marginal dari 500 botol tambahan, kita akan menggunakan rumus marginal cost. Mari kita hitung terlebih dulu perubahan total biayanya, yaitu total biaya setelah produksi tambahan dikurangi total biaya sebelum produksi tambahan.

Rumus menghitung marginal cost

Kemudian, kita juga hitung perubahan jumlah output produksi botol plastik. Selisih jumlah botol plastik yang akan diproduksi sebesar:

Rumus menghitung marginal cost

Jadi, rumus menghitung marginal cost untuk produksi botol plastik pada skenario di atas yaitu:

Rumus menghitung marginal cost

Informasi dalam rumus menghitung marginal cost penting bagi pabrik untuk mengetahui berapa biaya tambahan yang diperlukan untuk setiap unit produksi tambahan. Dengan mengetahui marginal cost per botol adalah Rp500, manajemen dapat membandingkan biaya ini dengan harga jual per botol untuk menentukan margin keuntungan tambahan yang bisa dihasilkan dari produksi ekstra tersebut. Jika harga jual per botol, misalkan Rp1.000, maka dikatakan produksi tambahan menghasilkan keuntungan marginal yang signifikan.

Jika biaya marginal dan harga jual cukup dekat, pabrik perlu mencari cara untuk mengurangi biaya variabel atau meningkatkan efisiensi produksi agar mampu mempertahankan produksi. Sebaliknya, jika terdapat ruang lebih antara harga jual dan biaya marginal, pabrik bisa lebih fleksibel untuk mengatur strategi harga, promosi, dan diskon agar meningkatkan volume penjualan tanpa merugikan profitabilitas.

5. Kesimpulan

Jadi, bisa disimpulkan marginal cost atau biaya marginal dalam manufaktur adalah biaya tambahan yang dikeluarkan saat memproduksi satu unit tambahan produk. Memahami rumus marginal cost penting bagi perusahaan manufaktur karena berperan langsung dalam menentukan harga jual, skala produksi, dan keuntungan. Analisis ini juga membantu proses identifikasi titik impas dan pengambilan keputusan terkait produksi.

Rumus menghitung marginal cost adalah perubahan dalam total biaya dibagi dengan perubahan dalam jumlah output. Komponen utama dalam rumus ini adalah pemahaman tentang biaya tetap dan biaya variabel, yang keduanya mempengaruhi biaya total saat volume produksi berubah. Dengan memahami biaya untuk produksi tambahan, perusahaan manufaktur dapat mengelola sumber daya lebih efisien, mengurangi pemborosan, dan menyesuaikan volume produksi sesuai dengan permintaan pasar.

Jadwalkan Demo Gratis

WhatsApp
Audrey
Audrey Balasan dalam 1 menit

Hallo!👋🏻

Tertarik untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda?