Apa itu CIP Incoterms dan Penerapannya di Logistik?
3 Min Read Posted on 26 Jul 2024
Daftar Isi
Dalam bisnis logistik terutama perdagangan internasional, berbagai incoterms digunakan untuk mengatur tanggung jawab dan risiko antara penjual dan pembeli. Di antara berbagai jenis ketetapan, CIP adalah salah satu yang populer digunakan karena memberikan keseimbangan tanggung jawab antara penjual dan pembeli. Incoterms ini tidak hanya membantu dalam mengklarifikasi siapa yang bertanggung jawab atas biaya pengiriman dan asuransi, tetapi juga menetapkan kapan risiko berpindah dari penjual ke pembeli.
Dalam artikel ini akan dibahas secara lebih detail apa itu CIP, proses penerapannya, keuntungan yang ditawarkan baik bagi pembeli dan penjual, serta perbandingan dengan incoterms lainnya seperti CIF, FOB, dan DDP. Dengan memahami CIP incoterms, pelaku bisnis dapat lebih efektif mengelola risiko dan biaya dalam perdagangan internasional.
1. Pengertian CIP Incoterms
Misalkan Anda sebagai freight forwarder mendapatkan pesanan untuk mengurus ekspor dari perusahaan meja kayu di Jepara, Indonesia untuk dikirim ke Australia. Kedua pihak sepakat menggunakan CIP incoterms untuk mengatur pembagian tanggung jawab biaya dan risiko dari pengiriman tersebut. Pada skenario ini, Anda perlu tahu bahwa penjual, yaitu perusahaan meja kayu, yang bertanggung jawab mengurus pengemasan meja, memilih dan membayar vendor logistik, serta mengatur asuransi pengiriman hingga meja tiba di pelabuhan Sydney.
Anda juga bekerja sama dengan penjual untuk kebutuhan menyiapkan semua dokumen ekspor, termasuk invoice komersial dan packing list. Lalu, ketika barang diserahkan ke vendor logistik, risiko kerusakan atau kehilangan barang menjadi tanggung jawab pihak pembeli di Australia. Pembeli juga yang bertanggung jawab mengurus bea cukai impor dan biaya tambahan untuk membawa meja ke Australia.
Jadi, apa itu CIP dari skenario di atas? Carriage and Insurance Paid To atau CIP adalah ketentuan dalam perdagangan internasional yang mewajibkan penjual untuk mengurus dan membayar pengangkutan serta asuransi barang hingga ke tujuan yang disepakati. Namun risiko akan berpindah ke pembeli saat barang diserahkan ke vendor logistik pertama. Dengan menggunakan kesepakatan ini, maka penjual punya kewajiban yang jelas terkait biaya pengiriman dan asuransi. Sementara pembeli bertanggung jawab atas keperluan impor dan biaya tambahan setelah barang tiba di negara tujuan.
2. Proses Pengiriman denganĀ CIP Incoterms
Dalam praktiknya, Anda harus menerapkan prosedur pengiriman yang sesuai ketentuan CIP. Pada prosedur di bawah ini juga akan dijelaskan bagaimana pembagian tugas dan tanggung jawab baik pembeli dan penjual untuk melancarkan perdagangan internasional. Berikut langkah terstrukturnya.
a. Pengemasan dan Persiapan Barang
Pada proses ini, penjual bertanggung jawab mengemas barang dengan baik dan aman sebelum nantinya diangkut ke pelabuhan atau wilayah pengiriman. Gunakan label dan tanda yang jelas agar memudahkan identifikasi dan penanganan barang. Tidak hanya dikemas, penjual juga harus memastikan barang siap diambil oleh freight forwarder.
b. Pengurusan Dokumen Ekspor
Pengurusan dokumen ekspor juga menjadi tanggung jawab penjual dalam ketentuan CIP. Anda sebagai pihak bisnis logistik bisa berkoordinasi dengan penjual untuk memastikan semua dokumen yang diperlukan, seperti invoice komersial, daftar pengepakan, bill of lading, sertifikat asal, dan dokumen bea cukai, telah disiapkan dengan lengkap dan akurat. Penjual juga bertanggung jawab untuk mendapatkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) sebagai bukti bahwa proses ekspor sudah bisa dilaksanakan.
c. Mengatur dan Membayar Premi Asuransi
Dalam ketentuan CIP incoterms, penjual wajib mengatur dan membayar premi asuransi yang mencakup risiko kerusakan atau kehilangan barang selama pengangkutan hingga tujuan yang disepakati. Anda sebagai freight forwarder bisa membantu penjual dalam memilih perusahaan asuransi terpercaya dan memastikan bahwa polis asuransi sesuai dengan ketentuan minimum yang ditetapkan oleh incoterms.
d. Pengiriman Barang
Setelah pengemasan dan persiapan dokumen serta asuransi selesai, penjual menyerahkan barang kepada vendor logistik yang telah disepakati. Pada tahap ini, risiko barang berpindah dari penjual ke pembeli. Tapi untuk pembayaran biaya pengangkutan hingga tujuan yang disepakati, masih menjadi tanggung jawab penjual. Pengangkutan dapat melibatkan lebih dari satu moda transportasi.
e. Pengurusan Bea Cukai di Negara Tujuan
Setibanya barang di negara tujuan, pengurusan impor barang menjadi tanggung jawab pembeli. Ini termasuk pembayaran bea cukai dan pajak impor yang berlaku. Anda bisa membantu pembeli mengurus semua prosedur bea cukai yang diperlukan untuk memastikan barang dapat masuk ke negara tujuan tanpa adanya kendala.
f. Penerimaan Barang
Setelah proses bea cukai selesai, pembeli menerima barang di lokasi tujuan yang disepakati. Pada tahap ini, pembeli perlu melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan tidak ada barang yang rusak atau hilang selama pengiriman. Jika hal tersebut terjadi, pembeli dapat mengajukan klaim kepada perusahaan asuransi yang telah diatur oleh penjual.
g. Pembayaran Biaya Tambahan
Dalam pengiriman internasional sering terjadi biaya tambahan yang tidak direncanakan. Ini menjadi tanggung jawab pembeli. Biaya tambahan ini dapat mencakup biaya penanganan terminal, penyimpanan, dan pengangkutan barang dari terminal ke lokasi akhir. Mengelola pembayaran biaya tambahan dengan efektif dapat memastikan proses pengiriman berjalan lancar hingga barang tiba di lokasi akhir yang diinginkan.
3. Keuntungan Menggunakan CIP
CIP adalah salah satu jenis kesepakatan dalam bisnis logistik yang banyak diterapkan oleh penjual dan pembeli. Incoterms satu ini dinilai memberikan beberapa keuntungan yang tidak berat sebelah. Dengan kata lain, menguntungkan pihak penjual dan pembeli. Karena penjual yang mengatur biaya dan asuransi pengiriman, maka mereka bisa merencanakan anggaran pengiriman dengan lebih transparan hingga barang diangkut oleh pihak vendor logistik.
Berpindahnya risiko dan tanggung jawab pengiriman barang juga jelas. Setelah barang diangkut di titik pertama pengiriman, risiko dan tanggung jawab dialihkan ke pembeli. Dengan ini, maka pembeli juga mendapatkan transparansi apa saja yang perlu dipersiapkan baik dari sisi dokumen ekspor impor maupun dari biaya. Dengan adanya asuransi di awal pengiriman pun juga meminimalisir risiko finansial akibat adanya kerusakan barang.
4. Perbandingan CIP dengan Incoterms Lainnya
Dalam bisnis logistikĀ ada beberapa incoterms yang bisa digunakan. CIP adalah salah satu dari sekian banyak jenis yang tersedia. Pemilihannya tergantung dari kesepakatan kedua pihak. Lalu apa yang membedakan CIP dengan lainnya? Yuk, simak pada pembahasan di bawah ini!
a. CIP vs CIF
Kedua jenis kesepakatan sama-sama mengharuskan penjual untuk mengurus pengangkutan dan asuransi barang hingga titik tertentu. Perbedaan utama terletak pada jenis transportasi yang digunakan dan titik tanggung jawab. CIF biasanya digunakan untuk pengiriman barang melalui jalur laut. Sementara CIP dapat digunakan untuk semua moda transportasi, termasuk darat, udara, dan laut. Pada CIF, risiko berpindah ke pembeli saat barang dimuat ke kapal di pelabuhan asal, sedangkan pada CIP, risiko berpindah saat barang diserahkan kepada pengangkut pertama, yang bisa terjadi di luar pelabuhan.
b. CIP vs FOB
CIP dan FOB sangat berbeda dalam hal tanggung jawab dan risiko. Pada FOB, penjual bertanggung jawab untuk mengurus barang hingga barang dimuat ke kapal di pelabuhan asal, dan risiko berpindah ke pembeli setelah barang berada di atas kapal. Sebaliknya, pada CIP, penjual tidak hanya mengurus pengangkutan dan asuransi hingga tujuan yang disepakati tetapi juga menanggung risiko hingga barang sampai di tujuan.
c. CIP vs DDP
DDP adalah incoterms yang memberikan tanggung jawab maksimum kepada penjual. Artinya mereka menanggung semua biaya dan risiko hingga barang tiba di lokasi akhir pembeli, termasuk biaya bea cukai impor, pajak, dan formalitas impor. Sementara itu, CIP hanya mewajibkan penjual untuk mengurus pengangkutan dan asuransi hingga titik tujuan yang disepakati. DDP lebih menguntungkan pembeli karena mereka tidak perlu mengurus apa pun setelah pembelian.
5. Kesimpulan
Dari pembahasan apa itu CIP dan proses penerapannya di atas, dapat disimpulkan bahwa incoterms satu ini memberikan keseimbangan tanggung jawab antara penjual dan pembeli. Melalui CIP incoterms, penjual mendapatkan kepastian biaya pengiriman dan asuransi, sementara pembeli mengetahui tanggung jawab mereka terkait impor dan biaya setelah barang tiba di negara tujuan.
Dibandingkan dengan jenis-jenis kesepakatan lainnya, CIP sangat fleksibel dan bahkan bisa diterapkan pada moda transportasi apapun. Tidak seperti CIF yang hanya bisa digunakan dalam pengiriman barang menggunakan kapal. Selain itu, dibandingkan dengan DDP, CIP adalah incoterms yang tidak memberatkan satu pihak. DDP memberikan tanggung jawab maksimum kepada penjual, termasuk biaya dan risiko hingga barang tiba di lokasi akhir pembeli.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 22, 2024 3 Min Read
12 Rekomendasi Fleet Management System Terbaik di Indonesia
Nov 22, 2024 3 Min Read
20 Aplikasi Inventaris Terbaik di Indonesia 2024
Nov 21, 2024 3 Min Read
Jenis Konstruksi Jalan, Tahap Pengerjaan, dan Strateginya
Nov 20, 2024 3 Min Read
12 Document Management Software Terbaik untuk Bisnis 2024
REKOMENDASI