Supply chain management adalah salah satu aspek penting dalam dunia bisnis yang membahas tentang pengelolaan aliran rantai pasok dari pengadaan barang hingga pengiriman produk ke pelanggan. Nah, setiap perusahaan memiliki konsumen akhir yang berbeda-beda, sebagian ada yang customer dan ada juga yang bisnis. Maka dari itu, ada dua jenis manajemen rantai pasokan yang dibedakan berdasarkan target market perusahaan.
Jenisnya ada B2C dan B2B supply chain management. Dimana B2C sendiri adalah kependekan dari Business-to-Consumer dan B2B adalah Business-to-Business. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, ada beberapa perbedaan yang perlu Anda ketahui. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan kedua SCM tersebut dan bagaimana teknologi dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Baca juga: 8 Jenis Konsep Supply Chain Management
1. Pengertian B2C & B2B Supply Chain Management
B2C supply chain management adalah sebuah metode pengelolaan rantai pasok yang menghubungkan bisnis Anda dengan pembeli. Bisnis yang menggunakan jenis rantai pasok ini umumnya memiliki target pasar yang lebih luas, karena Anda akan menawarkan produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir.
Berbeda dengan sebelumnya, B2B supply chain management adalah sebuah sistem pengelolaan rantai pasok yang menghubungkan perusahaan satu dengan bisnis lainnya. Jadi, bisnis yang menerapkan jenis SCM satu ini memiliki target pasar yang lebih spesifik, karena strategi penjualan B2B tidak sembarangan dan biasanya memiliki harga yang cukup mahal.
2. Perbedaan Rantai Pasok B2C vs B2B
Ada dua jenis supply chain management yang umum digunakan dalam dunia bisnis, yaitu B2C dan B2B. Kedua jenis SCM ini memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan kelancaran setiap tahapan dalam rantai pasok. Namun, kedua metode tersebut juga memiliki perbedaan signifikan dalam beberapa hal. Apa saja? Berikut kami berikan penjelasannya.
a. Kebutuhan dan Permintaan
Perbedaan pertama terletak pada kebutuhan dan permintaan. Dalam B2B supply chain management, permintaan cenderung bersifat konsisten dan terdapat perjanjian atau kontrak jangka panjang antara pemasok dan pembeli. Hal tersebut mengartikan bahwa besarnya permintaan bisnis dapat diprediksi dan dikelola dengan cermat. Dimana biasanya melibatkan pembelian produk atau jasa dalam jumlah yang besar untuk memenuhi persediaan jangka panjang suatu bisnis.
Sementara itu, permintaan dalam rantai pasok B2C cenderung lebih fluktuatif dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti musim, trend, dan promosi. Kebutuhan konsumen pun cenderung lebih sedikit, karena masing-masing individu hanya membeli dalam jumlah kecil. Maka dari itu, proses produksi perlu disesuaikan dengan jumlah permintaan. Agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan barang yang dapat mengakibatkan kerugian.
b. Produksi dan Pengiriman
Poin ini merupakan perbedaan utama dari B2C dan B2B rantai pasokan. Dalam SCM B2C, produk atau jasa yang ditawarkan harus siap dijual dan dikirimkan dalam waktu yang singkat. Biasanya, besarnya batch produksi akan disesuaikan dengan jumlah permintaan, agar mempersingkat waktu proses supply chain management dan meminimalisir kerugian. Sehingga, konsumen bisa memperoleh kebutuhannya sesegera mungkin.
Sedangkan dalam rantai pasokan Business-to-Business, waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi dan pengiriman barang cenderung lebih lama. Pasalnya, suatu bisnis pastilah melakukan pembelian dalam jumlah yang besar. Jadi, perusahaan penyedia barang jasa perlu mempersiapkannya dengan baik. Selain itu, ketika hendak melakukan pengiriman pun banyak dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk memastikan keamanan pemesanan.
c. Pengelolaan Persediaan
Dalam B2B supply chain management, persediaan sering kali disimpan dalam jumlah besar agar bisa memenuhi permintaan jangka panjang dari klien. Hal ini memungkinkan perusahaan Anda untuk meminimalisir biaya pengadaan, karena membeli bahan baku dengan jumlah yang banyak biasanya mendapatkan harga yang lebih murah. Untuk memudahkan pengelolaan, Anda bisa menerapkan manajemen inventory dalam rantai pasokan.
Hal berbeda dialami oleh rantai pasok B2C, dimana persediaan sering disimpan dalam jumlah kecil untuk meminimalisir kerugian karena permintaan bersifat fluktuatif. Mengelola persediaan dengan cara ini memungkinkan bisnis Anda untuk lebih fleksibel dalam memenuhi permintaan konsumen dan menghilangkan risiko barang yang tidak terjual. Untuk menyederhanakan proses pengadaan karena frekuensi pengiriman yang tinggi, bisnis Anda bisa menerapkan inventory management ERP.
d. Cara Komunikasi
Penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa komunikasi dilakukan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Dalam B2B supply chain management, komunikasi sering kali dilakukan secara langsung antara perusahaan dan pemasok dengan menggunakan email, telepon, atau pertemuan tatap muka. Komunikasi yang dilakukan pada level ini cenderung lebih formal dan terfokus pada hubungan jangka panjang.
Di sisi lain, komunikasi di B2C cenderung lebih interaktif dan dilakukan melalui berbagai media sosial dan platform online lainnya. Konsumen dapat dengan mudah berkomunikasi melalui email, chat, atau layanan pelanggan online. Perusahaan juga dapat memanfaatkan media tersebut untuk memberikan informasi terkait promosi, diskon, atau ulasan produk untuk memudahkan konsumen dalam memahami dan membuat keputusan pembelian yang lebih baik.
e. Pengambilan Keputusan
Selain itu, ada juga perbedaan dalam proses pengambilan keputusan antara B2C dan B2B supply chain management. Dalam B2C, keputusan biasanya diambil oleh pelanggan akhir dengan mempertimbangkan harga, kualitas, dan ketersediaan produk. Sedangkan dalam B2B, para manajemen lah yang akan mengambil keputusan berdasarkan faktor-faktor perusahaan. Contohnya adalah hubungan dengan pemasok, pengaturan persediaan, dan pemenuhan pesanan.
f. Skala dan Kompleksitas Operasional
Dalam B2C, operasional biasanya dijalankan dalam skala yang luas, namun dengan transaksi yang relatif sederhana. Misalnya, seorang distributor besar mungkin menjual ribuan produk ke jutaan konsumen, tetapi setiap transaksi individual biasanya melibatkan jumlah barang yang terbatas dan sedikit variasi. Jadi, teknologi automasi yang dibutuhkan oleh B2C adalah sistem ERP yang mampu menangani volume transaksi yang tinggi namun sederhana dalam hal variasi.
Sementara itu, dalam B2B supply chain, transaksi mungkin tidak sebanyak B2C, tetapi kompleksitas dan variasi setiap transaksi biasanya lebih tinggi. Sebuah perusahaan bisa saja memiliki kontrak dengan hanya beberapa pemasok, tetapi setiap kontrak tersebut mungkin memiliki spesifikasi produk, persyaratan pengiriman, dan kondisi pembayaran yang sangat berbeda. Dengan demikian, jenis supply chain satu ini memerlukan solusi yang lebih kustom dan fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan yang beragam ini, termasuk pembuatan purchase order yang spesifik mungkin.
3. Peran Teknologi dalam Efisiensi Kedua Rantai Pasok
Dalam era digital yang semakin maju, penggunaan teknologi sangat penting untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi. Anda bisa menerapkan teknologi seperti supply chain management system dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kedua jenis SCM ini.
Baik B2C maupun B2B supply chain management harus terus ditingkatkan operasionalnya agar bisnis dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan bersaing dalam pasar yang semakin sengit. Penggunaan teknologi sistem manajemen rantai pasok membantu Anda dalam mengotomatiskan pekerjaan berulang agar semua tahapan bisa selesai dengan cepat. Serta menghadirkan data seluruh tahapan SCM secara real-time.
Selain itu, software supply chain management juga dapat membantu bisnis Anda untuk mengelola persediaan, memantau permintaan, dan mempercepat pengiriman barang dengan menggunakan teknologi berbasis ERP. Penggunaan teknologi dalam SCM juga bisa membantu meningkatkan keamanan dan ketahanan sistem, sehingga perusahaan dapat mengatasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam manajemen rantai pasok.
4. Kesimpulan
Secara keseluruhan, B2B dan B2C supply chain management memiliki perbedaan yang signifikan dalam beberapa aspek. Dimana B2B bersifat lebih stabil, sedangkan B2C cenderung fluktuatif. Dalam kedua jenis rantai pasok, teknologi dapat menjadi kunci kesuksesan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional. Dengan memanfaatkan teknologi yang tepat dan memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada, bisnis Anda bisa memaksimalkan produktivitas dan keuntungan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.