Untuk menjaga keseimbangan produksi dan permintaan, fast moving stock bisa menjadi kunci kelancaran operasional bisnis. Produk fast moving, yang memiliki tingkat perputaran tinggi, harus dikelola dengan strategi yang tepat agar tidak mengganggu penjualan. Sebaliknya, stok yang berlebihan dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan mengurangi efisiensi operasional.
Memahami cara mengelompokkan stok berdasarkan pergerakannya sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bisnis. Dengan strategi yang tepat, Anda dapat memastikan ketersediaan produk yang dibutuhkan pelanggan tanpa membebani gudang dengan barang yang sulit terjual.
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan informasi seputar perbedaan antara fast moving dan slow moving stock, serta bagaimana strategi pengelolaannya dapat membantu bisnis memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih efisien. Dengan memahami konsep ini, Anda bisa meningkatkan daya saing dan memastikan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang.

Pengertian Fast Moving dan Slow Moving Stock
Fast Moving dan Slow Moving Stock adalah kategori produk berdasarkan tingkat perputaran dan permintaannya di pasar. Dalam manajemen persediaan, pemahaman mengenai pergerakan stok merupakan aspek krusial untuk optimasi inventaris. Untuk lebih mudah memehaminya, berikut penjelasannya:
a. Pengertian Fast Moving Stock
Fast Moving Stock adalah produk yang memiliki tingkat perputaran tinggi karena permintaannya konsisten. Barang ini cenderung terjual dengan cepat setelah masuk ke dalam inventaris.
Contoh umum barang fast moving adalah produk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, dan produk kebersihan. Selain itu, produk fashion yang mengikuti tren juga termasuk dalam kategori ini karena cepat berganti sesuai dengan permintaan konsumen.
b. Pengertian Slow Moving Stock
Sebaliknya, Slow Moving adalah produk dengan tingkat perputaran yang lebih rendah dan permintaan yang tidak selalu stabil. Barang-barang ini cenderung tetap berada dalam inventaris lebih lama sebelum terjual, sehingga memerlukan strategi pengelolaan stok yang lebih hati-hati.
Barang slow moving adalah barang musiman seperti dekorasi Natal atau peralatan olahraga tertentu, yang hanya diminati pada periode tertentu. Selain itu, produk dengan siklus hidup panjang, seperti peralatan industri atau barang elektronik dengan spesifikasi khusus.
Sementara itu, terdapat juga contoh obat fast moving dan slow moving yang dikategorikan berdasarkan tingkat perputarannya di pasar. Untuk contoh obat dari kategori fast moving adalah Paracetamol, Amoxicillin, Vitamin C dan Suplemen Multivitamin. Sedangkan untuk kategori slow moving adalah Obat Kemoterapi atau Obat Psikiatri.
Kesimpulannya, fast moving stock memiliki tingkat perputaran tinggi dengan permintaan yang konsisten, sehingga risiko penumpukan lebih rendah. Sebaliknya, slow moving stok cenderung memiliki perputaran yang lambat dengan permintaan yang tidak stabil. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut tabel perbedaan keduanya berdasarkan beberapa aspek terkait.
Aspek | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|
Tingkat Perputaran | Tinggi, produk cepat terjual | Rendah, produk butuh waktu lama untuk terjual |
Permintaan | Konsisten dan stabil | Tidak stabil, tergantung faktor eksternal |
Masa Penyimpanan Stok | Pendek, harus segera terjual | Panjang, dapat bertahan lebih lama di gudang |
Frekuensi Pengadaan | Sering, untuk menjaga ketersediaan | Jarang, hanya saat dibutuhkan |
Risiko Penumpukan | Rendah, karena cepat terjual | Tinggi, berisiko menjadi stok mati |
Baca Juga: 5 Metode Hitung Safety Stock, Manfaat Serta Contohnya
Ciri-Ciri Produk Fast Moving
Barang konsumen yang bergerak cepat memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis barang lain dalam inventaris. Perputaran yang cepat dan permintaan yang stabil menjadikannya aset penting bagi bisnis. Berikut adalah beberapa ciri utama yang perlu Anda ketahui:
1. Permintaan Konsisten
Karakteristik produk fast moving adalah permintaan yang stabil karena termasuk dalam kebutuhan sehari-hari atau mengikuti tren yang sedang berkembang. Pelanggan terus mencarinya, sehingga produk ini memiliki perputaran yang cepat di pasar. Dengan demand forecasting yang akurat, bisnis dapat mengantisipasi perubahan permintaan dan memastikan ketersediaan stok tetap optimal tanpa risiko stagnasi.
2. Perputaran Stok Tinggi
Produk dalam kategori ini terjual dalam waktu singkat dan memerlukan restocking lebih sering dibandingkan jenis stok barang inventaris lainnya. Perusahaan harus mengelola perputaran stok dengan cermat untuk mencegah keterlambatan distribusi dan memastikan kelancaran operasional.
3. Masa Simpan Relatif Singkat
Banyak barang fast moving, seperti makanan dan minuman, memiliki umur simpan terbatas sehingga bisnis harus segera menjualnya. Manajer inventaris harus mengatur rotasi stok dengan baik agar barang tidak menumpuk atau mengalami penurunan kualitas sebelum terjual.
4. Harga Lebih Stabil
Salah satu alasan mengapa pasar mempertahankan barang slow moving adalah harga barang yang relatif stabil karena permintaannya yang tinggi. Meskipun faktor eksternal seperti inflasi dapat memengaruhi harga, perusahaan tetap dapat menjaga margin keuntungan dengan strategi penetapan harga yang tepat.
5. Membutuhkan Pengelolaan Stok yang Ketat
Terakhir, perusahaan harus memantau stok secara real-time agar tidak terjadi kekurangan yang menghambat penjualan. Pentingnya aplikasi inventaris akan membantu bisnis mengontrol jumlah persediaan dan memastikan produk selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Ciri-Ciri Produk Slow Moving
Sementara itu, produk slow moving stock memiliki tingkat perputaran yang rendah, sehingga memerlukan strategi pengelolaan yang lebih hati-hati. Jika tidak dikelola dengan baik, stok dapat menumpuk dan membebani biaya penyimpanan. Berikut adalah beberapa ciri utamanya.
1. Permintaan Tidak Stabil
Pertama, pelanggan tidak selalu mencari produk dalam kategori ini karena permintaannya bergantung pada faktor tertentu, seperti tren pasar atau kebutuhan spesifik. Beberapa jenis stok barang inventaris hanya akan laku pada musim tertentu atau saat ada permintaan khusus dari segmen pasar tertentu.
2. Perputaran Stok Rendah
Selain itu, produk slow moving membutuhkan waktu lama untuk terjual, sehingga stoknya sering bertahan di gudang lebih lama dibandingkan barang konsumen yang bergerak cepat. Bisnis harus melakukan analisis inventaris secara rutin untuk menghindari penumpukan yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan.
3. Masa Simpan Panjang
Karakteristik lain dari barang slow moving adalah barang tersebut membutuhkan waktu lama untuk terjual, sehingga stoknya sering bertahan di gudang lebih lama dibandingkan barang dengan perputaran tinggi. Bisnis harus melakukan analisis inventaris secara rutin untuk menghindari penumpukan yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan.
4. Fluktuasi Harga Lebih Tinggi
Harga produk slow moving cenderung lebih mudah berubah karena permintaan jenis stok barang inventaris ini tidak konsisten. Perusahaan sering kali harus memberikan diskon besar atau menerapkan strategi likuidasi stok agar barang tetap laku di pasaran tanpa menimbulkan kerugian besar.
5. Membutuhkan Manajemen Stok yang Hati-hati
Terakhir, bisnis harus menerapkan strategi pengelolaan stok yang lebih cermat agar produk slow moving tidak membebani operasional. Penyesuaian jumlah pembelian, penerapan promosi, serta strategi bundling dengan produk lain dapat membantu mempercepat perputaran stok dan mengurangi risiko barang tidak terjual.
Cara Menentukan Fast Moving dan Slow Moving Stock
Untuk cara menentukan fast and slow moving stock memerlukan pendekatan berbasis data. Dengan analisis yang tepat, bisnis dapat mengoptimalkan strategi inventaris dan mencegah penumpukan barang yang tidak laku. Berikut adalah tiga metode utama untuk mengidentifikasi perputaran stok.
1. Analisis Data Penjualan
Pertama, data historis membantu bisnis memahami pola penjualan dan mengidentifikasi tren permintaan. Dengan mengevaluasi volume transaksi di periode tertentu, perusahaan dapat melihat produk mana yang terjual cepat atau cenderung bergerak lambat. Cara tersebut juga menunjukkan perubahan pola konsumsi yang mungkin memengaruhi strategi stok.
2. Perhitungan Inventory Turnover Ratio
Metode ini mengukur seberapa sering suatu produk terjual dalam satu periode menggunakan rumus Cost of Goods Sold (COGS) dibagi dengan rata-rata inventaris, seperti di bawah ini:
Inventory Turnover Ratio = Cost of Goods Sold (COGS) / Average Inventory
Hasil perhitungan yang tinggi menunjukkan produk fast moving, sementara rasio rendah menandakan slow moving stock. Dengan memahami perolehan angka tersebut, bisnis dapat menyesuaikan jumlah pembelian dan menghindari kelebihan stok yang berisiko menjadi barang usang.
3. Penerapan FSN Analysis
FSN Analysis mengelompokkan stok menjadi Fast moving, Slow moving, dan Non-moving berdasarkan kecepatan pergerakannya. Kategori ini membantu bisnis dalam menentukan prioritas pengelolaan inventaris dan strategi pemasaran.
Produk fast moving perlu restocking lebih sering, sementara slow moving memerlukan strategi diskon atau bundling untuk meningkatkan penjualan. Adapun non-moving stock perlu dievaluasi lebih lanjut untuk menghindari kerugian akibat stagnasi.
Strategi Pengelolaan Fast Moving Stock
Fast moving stock memiliki tingkat perputaran tinggi, sehingga memerlukan strategi pengelolaan yang tepat agar tetap tersedia tanpa menyebabkan kelebihan stok. Dengan manajemen yang efektif, bisnis dapat memastikan kelancaran operasional dan memenuhi permintaan pelanggan. Tiga strategi utama pengelolaan fast moving adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Persediaan
Strategi pengelolaan fast moving adalah menjaga tingkat stok optimal untuk menghindari kekurangan yang dapat menghambat penjualan. Perusahaan perlu menerapkan sistem pemantauan real-time guna memastikan ketersediaan produk sesuai permintaan pasar. Selain itu, penggunaan metode seperti Just-in-Time (JIT) membantu mengurangi risiko overstocking.
2. Manajemen Rantai Pasok
Kolaborasi erat dengan pemasok memungkinkan bisnis memperoleh pasokan produk fast moving secara tepat waktu dan dalam jumlah yang sesuai. Dengan membangun hubungan solid, perusahaan dapat menegosiasikan ketentuan pengadaan yang lebih fleksibel. Selain itu, penggunaan aplikasi stok barang bisnis dalam rantai pasok meminimalkan keterlambatan dalam pengiriman stok.
3. Promosi dan Pemasaran
Strategi lain dari fast moving adalah melalui pemasaran yang efektif untuk memastikan permintaan tetap tinggi, sehingga produk fast moving terus terjual sesuai ekspektasi. Kampanye diskon, bundling, atau program loyalitas dapat meningkatkan daya tarik pelanggan terhadap produk. Selain itu, optimalisasi pemasaran digital membantu menjangkau lebih banyak konsumen dan mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar.
Strategi Pengelolaan Slow Moving Stock
Di sisi lain, stok yang bergerak lambat memerlukan strategi khusus agar tidak membebani biaya operasional dan ruang penyimpanan. Produk dengan perputaran lambat dapat menyebabkan stagnasi inventaris jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, beberapa langkah-langkah untuk membantu bisnis mengoptimalkan slow moving adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi dan Pemantauan
Pertama, strategi pengelolaan slow moving stok adalah dengan menggunakan sistem stok barang untuk pemantauan real-time yang memungkinkan bisnis mendeteksi produk dengan pergerakan lambat sebelum menjadi masalah. Dengan menganalisis data penjualan dan inventory turnover, perusahaan dapat mengidentifikasi pola permintaan yang berubah.
2. Strategi Penjualan
Meningkatkan daya tarik slow moving stock memerlukan pendekatan pemasaran yang lebih agresif. Penerapan diskon, bundling dengan produk populer, atau promosi eksklusif dapat mendorong minat pelanggan. Selain itu, menjangkau segmen pasar baru melalui kampanye digital atau program loyalitas membantu mempercepat perputaran stok yang kurang diminati.
3. Pengelolaan Persediaan
Terakhir, untuk cara lain pengelolaan slow moving adalah mengontrol jumlah stok untuk mengurangi risiko overstocking. Selain itu, strategi penyesuaian harga atau penawaran khusus bagi distributor juga membantu mempercepat proses likuidasi stok yang sudah lama tersimpan.
Dampak Fast Moving dan Slow Moving Stock terhadap Bisnis
Memahami perbedaan antara fast and slow moving stock sangat penting dalam manajemen persediaan. Keduanya memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi operasional, cash flow, dan profitabilitas bisnis. Berikut adalah beberapa dampak keduanya:
1. Dampak Fast Moving Stock
- Peningkatan Arus Kas dan Profitabilitas: Fast moving stock mempercepat perputaran produk, sehingga meningkatkan arus kas secara signifikan. Selain itu, penjualan yang konsisten membantu bisnis mencapai profitabilitas lebih cepat.
- Risiko Kekurangan Stok Jika Tidak Dikelola dengan Baik: Meskipun menguntungkan, produk fast moving berisiko menyebabkan kekurangan stok jika permintaan tidak diprediksi dengan akurat. Akibatnya, bisnis dapat kehilangan pelanggan dan pendapatan potensial.
- Pengurangan Biaya Penyimpanan: Dengan perputaran barang konsumen yang bergerak cepat, bisnis dapat mengurangi biaya penyimpanan seperti sewa gudang dan pemeliharaan. Selain itu, risiko kerusakan atau kedaluwarsa produk juga diminimalkan
2. Dampak Slow Moving Stock
- Penumpukan Modal dalam Bentuk Persediaan: Menyebabkan modal bisnis terikat dalam persediaan yang tidak produktif. Akibatnya, dana yang seharusnya bisa digunakan untuk investasi atau operasional lain menjadi tidak tersedia
- Biaya Penyimpanan Tinggi dan Risiko Barang Usang: Stok yang lambat terjual meningkatkan biaya penyimpanan, seperti sewa gudang dan pemeliharaan. Selain itu, risiko barang menjadi usang atau rusak juga semakin tinggi.
- Margin Keuntungan yang Rendah: Untuk menghindari kerugian, bisnis sering menjual slow moving stock dengan diskon besar. Hal ini mengurangi margin keuntungan dan dapat memengaruhi stabilitas finansial perusahaan dalam jangka panjang.
Optimasi Manajemen Stok dengan Software Inventaris ScaleOcean
ScaleOcean menyediakan software inventaris berbasis cloud yang dirancang untuk meningkatkan akurasi data inventaris, mengurangi biaya operasional, dan mendukung pengambilan keputusan strategis. Dengan sistem yang otomatis dan real-time, perusahaan dapat mengelola stok dengan lebih efisien, menghindari kelebihan atau kekurangan barang, serta meminimalkan kesalahan manusia dalam pencatatan inventaris.
Proses kerja bisnis menjadi lebih optimal melalui integrasi multi-gudang, tracking batch & serial number, serta laporan analitik yang komprehensif untuk mempercepat respons bisnis terhadap permintaan pasar. Untuk membantu bisnis meningkatkan efisiensi operasional, ScaleOcean menawarkan demo gratis bagi perusahaan yang ingin merasakan langsung bagaimana sistem ini bekerja.
- Pelacakan Real-Time: Memantau pergerakan stok secara langsung untuk mengidentifikasi fast and slow moving stock items.
- Analisis Data Penjualan: Menganalisis tren penjualan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
- Manajemen Persediaan Otomatis: Mengotomatiskan proses restocking dan pengurangan stok untuk menghindari overstock atau stockout.
- Barcode & QR Code Scanning: Mempermudah pencatatan dan pelacakan stok secara otomatis untuk meningkatkan akurasi serta efisiensi operasional.
- Inventory Forecasting: Menganalisis data historis dan tren penjualan guna memprediksi kebutuhan stok, mencegah kehabisan atau kelebihan barang.
- Lot & SN Tracking: Memantau pergerakan barang berdasarkan nomor batch atau serial untuk memastikan kontrol kualitas dan kepatuhan regulasi.
Baca Juga: 23 Aplikasi Scan Barcode Terbaik dan Praktis (Update 2025)
Kesimpulan
Tanpa manajemen stok yang tepat, produk fast moving dapat cepat habis atau justru menumpuk, menyebabkan kerugian. Perusahaan perlu strategi yang efektif agar pasokan selalu seimbang dengan permintaan pasar. Dengan pengelolaan yang efisien, bisnis bisa menjaga kelancaran operasional, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta memaksimalkan keuntungan tanpa risiko pemborosan.
Optimalkan manajemen stok dengan Software Inventaris ScaleOcean. Kelola fast moving stock lebih akurat, kurangi risiko kehabisan barang, dan otomatisasi pemantauan persediaan dalam satu sistem terpadu. Dengan fitur real-time tracking dan analisis permintaan, bisnis Anda dapat merespons pasar lebih cepat dan meningkatkan efisiensi operasional.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan fast moving?
Produk dalam kategori ini menunjukkan tingginya permintaan dari konsumen. Biasanya, kategori ini diisi dengan stok barang yang memiliki permintaan tinggi, seperti kebutuhan pokok atau barang populer yang cepat terjual. Hal ini mengindikasikan bahwa barang-barang tersebut sering dipesan oleh pelanggan.
2. Apa yang dimaksud dengan slow moving?
Slow moving stock merujuk pada barang yang bergerak lambat, atau jarang terjual. Produk ini biasanya bertahan lama di gudang dan hanya terjual sesekali. Biasanya, ini mencakup barang musiman, produk dengan permintaan rendah, atau item yang sudah kehilangan popularitasnya.
3. Apa produk slow moving?
Produk slow moving adalah barang yang memiliki tingkat pergerakan atau penjualan yang relatif rendah di pasar.