Penyusutan atau depresiasi adalah proses sistematis untuk mengalokasikan biaya aset tetap selama masa manfaatnya. Aset tetap seperti mesin, kendaraan, dan bangunan merupakan investasi jangka panjang yang memiliki kontribusi penting di proses bisnis. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhitungkan penyusutan dalam akuntansi manajemen.
Proses ini tidak hanya mempengaruhi laporan keuangan, tetapi juga berpengaruh pada perencanaan pajak dan pengambilan keputusan strategis dalam akuntansi manajemen. Ada beragam cara untuk menghitung biaya penyusutan. Metode penyusutan yang dipilih dan cara perhitungannya memiliki dampak langsung pada laporan laba rugi dan neraca perusahaan, serta pada pengukuran laba bersih. Cari tahu lebih lanjut rumusnya pada pembahasan berikut!
1. Pengertian Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah konsep akuntansi manajemen yang digunakan untuk alokasi biaya aset tetap selama masa manfaatnya. Aset tetap, seperti mesin, kendaraan, atau bangunan, memiliki masa manfaat yang lebih lama daripada satu tahun akuntansi. Oleh karena itu, biaya penyusutan memungkinkan perusahaan untuk mendistribusikan biaya aset ini selama masa manfaatnya, bukan hanya di tahun pembelian. Metode penyusutan yang umum digunakan yaitu penyusutan garis lurus, penyusutan saldo menurun, dan penyusutan berdasarkan jumlah angka tahun.
Lalu apa tujuan penghitungannya? Membantu perusahaan menghitung laba bersih yang lebih akurat dengan mengurangi biaya aset oleh pendapatan yang dihasilkan dari aset tersebut. Perhitungan ini juga diperlukan untuk pajak karena penyusutan dapat dikurangkan sebagai pengeluaran. Namun, perlu diingat kalau penyusutan adalah dasar akuntansi non kas. Artinya tidak ada aliran kas yang sebenarnya terkait dengan penyusutan, tetapi mempengaruhi laba bersih dan nilai buku aset dalam neraca.
2. Contoh Aset yang Mengalami Penyusutan
Aset yang mengalami penyusutan adalah aset tetap yang nilai pakainya menurun seiring waktu karena penggunaan, usia, atau perubahan teknologi. Contohnya adalah kendaraan seperti mobil atau truk perusahaan. Semakin lama digunakan, kondisinya pasti semakin menurun, sehingga mengakibatkan penurunan nilai.
Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan membeli truk untuk keperluan pengiriman dengan harga tertentu dan memperkirakan masa pakai truk adalah 10 tahun. Selama periode ini, nilai truk akan terus menurun, baik karena penggunaan rutin maupun kemajuan teknologi yang membuat model lama menjadi kurang efisien atau ketinggalan zaman.
Peralatan produksi di pabrik juga merupakan contoh aset yang mengalami penyusutan. Mesin seperti lini perakitan otomatis, mesin cetak, atau robot industri semuanya memiliki masa pakai yang terbatas. Selama masa pakai ini, efisiensinya dapat menurun, atau bahkan menjadi usang karena kemajuan teknologi. Misalnya, Anda membeli mesin cetak dengan biaya besar dan mengharapkan mesin tersebut dapat beroperasi secara efisien selama 15 tahun. Selama waktu tersebut, nilai mesin tersebut akan terus menurun dalam laporan keuangan perusahaan.
Bangunan komersial seperti kantor, gudang, atau toko ritel juga mengalami penyusutan. Ini bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk usia struktural, keausan normal, dan perubahan dalam standar bangunan atau kebutuhan pasar. Contohnya, Anda membeli atau membangun gedung kantor dan mengharapkan masa pakai selama 25 tahun. Selama periode ini, gedung tersebut secara bertahap kehilangan nilai akuntansinya melalui penyusutan, meskipun secara fisik mungkin masih berfungsi dengan baik.
3. Rumus Biaya Penyusutan
Ada banyak cara menghitung biaya penyusutan. Pemilihan metode ini dapat mempengaruhi bagaimana biaya aset tersebut dialokasikan dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Beberapa metode tersebut yaitu:
a. Metode Garis Lurus
Rumus biaya penyusutan yang pertama adalah metode garis lurus. Metode ini adalah cara menghitung biaya penyusutan yang paling sederhana dan sering digunakan di berbagai perusahaan. Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang sama setiap tahunnya. Berarti diasumsikan aset memberikan manfaat ekonomi yang serupa setiap tahunnya. Caranya dengan mengurangkan nilai residu dari harga perolehan aset, kemudian membaginya dengan masa manfaat ekonomis aset tersebut. Secara matematis ditulis seperti berikut ini.
b. Metode Beban Menurun
Selanjutnya ada metode beban menurun yang juga dikenal sebagai metode penyusutan saldo menurun ganda. Pada metode ini dialokasikan biaya penyusutan yang lebih banyak pada tahun-tahun awal masa manfaat aset. Singkatnya, berarti beban penyusutan akan menurun setiap tahun. Penyusutan dihitung dengan mengalikan nilai buku aset di awal tahun dengan tingkat penyusutan yang telah ditentukan. Nah, rumus biaya penyusutan dengan cara ini yaitu:
c. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode jumlah angka tahun mengalokasikan biaya berdasarkan jumlah tahun masa manfaat aset. Misalnya, jika aset memiliki masa manfaat 5 tahun, maka jumlah angka tahunnya adalah 1+2+3+4+5=15. Penyusutan tahun pertama dihitung dengan mengalikan (5/15) dari biaya aset dikurangi nilai residu, tahun kedua dengan (4/15), dan seterusnya. Metode ini menyebabkan beban penyusutan yang lebih tinggi di awal masa manfaat dan menurun seiring berjalannya waktu. Secara matematis cara menghitung biaya penyusutan dengan rumus ini yaitu:
d. Metode Saldo Menurun
Kemudian ada metode saldo menurun yang mengalokasikan biaya penyusutan dengan mengurangi nilai buku aset setiap tahun dengan persentase tetap. Metode ini serupa dengan metode beban menurun, tetapi menggunakan tingkat penyusutan yang konstan, bukan ganda. Contoh, dengan tingkat penyusutan 20%, maka biaya penyusutan tahunan dihitung dengan mengalikan nilai buku aset dengan 20%. Rumusnya seperti berikut ini.
e. Metode Berdasarkan Penggunaan
Metode ini sangat berguna untuk aset yang pemakaiannya bervariasi dari tahun ke tahun. Penyusutan dihitung dengan mengalikan tingkat penyusutan per unit penggunaan dengan jumlah unit yang diproduksi atau digunakan dalam periode tersebut. Misalnya, jika mesin diharapkan beroperasi selama 10.000 jam dan biaya penyusutannya Rp100.000, maka biaya penyusutan per jam adalah Rp10. Jadi, ketika mesin digunakan 500 jam dalam setahun, maka penyusutannya adalah 500 jam x Rp10 = Rp5.000.
4. Contoh Perhitungan Biaya Penyusutan
Supaya paham cara menghitung biaya penyusutan, perhatikan ilustrasi berikut ini yang akan gunakan metode garis lurus. Misalkan Anda membeli sebuah mesin untuk pabrik. Harga pembelian mesin sebesar Rp100.000.000. Diestimasikan masa manfaat mesin yaitu 10 tahun, dengan nilai residu atau sisa di akhir masa manfaat adalah Rp10.000.000. Dengan rumus garis lurus, maka perhitungannya yaitu:
Jadi, setiap tahun Anda akan mencatat penyusutan sebesar Rp9.000.000 untuk mesin tersebut selama masa manfaatnya, yaitu 10 tahun. Ini akan mengurangi nilai buku aset di neraca dan akan dicatat sebagai beban penyusutan di laporan laba rugi. Penyusutan mengurangi laba kotor perusahaan. Dalam contoh ini, Anda akan mencatat beban penyusutan Rp9.000.000 setiap tahun sebagai pengurangan terhadap pendapatan perusahaan, sehingga mengakibatkan adanya penurunan laba bersih.
Dalam akuntansi manajemen, pencatatan beban penyusutan membantu mencerminkan biaya operasional sebenarnya dari penggunaan aset untuk menghasilkan pendapatan. Biasanya dikenal dengan prinsip akuntansi “matching“, yaitu ketika biaya harus dicocokkan dengan pendapatan yang dihasilkan.
Baca juga:
7 Cara Memilih Software Akuntansi yang Baik
5. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, bisa disimpulkan kalau biaya penyusutan adalah konsep penting dalam akuntansi manajemen untuk mengetahui alokasi biaya aset tetap selama masa manfaatnya. Dengan ini, perusahaan bisa menghitung laba bersih yang lebih akurat. Hal ini penting tidak hanya untuk tujuan laporan keuangan tetapi juga untuk keperluan pajak, meskipun penyusutan merupakan entri akuntansi non-kas yang tidak melibatkan aliran kas sebenarnya.
Ada banyak cara menghitung biaya penyusutan, tergantung pada karakteristik aset dan kebijakan akuntansi perusahaan. Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang konstan setiap tahun. Metode beban menurun dan saldo menurun mengalokasikan biaya lebih banyak di awal masa manfaat. Sedangkan metode berdasarkan penggunaan menghitung penyusutan berdasarkan penggunaan aktual aset. Semua metode ini memiliki keunikan masing-masing dalam mengalokasikan biaya aset sepanjang masa manfaatnya.